REPUBLIKA.CO.ID,Memiliki pengalaman sejarah panjang dengan dukungan kader yang sangat banyak tentu hal yang harus disyukuri oleh Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Potensi ini hendaknya tak disia-siakan dengan membuat organisasi ini menjadi tak independen. Sebab, bagaimanapun umat dan bangsa ini tetap membutuhkan HMI!
“Jati diri HMI harus diselamatkan!” Pernyataan ini diucapkan Ketua Presidium Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Moh Mahfud MD saat ditanya mengenai munculnya aneka keruwetan di Kongres HMI kali ini. Dia menyayangkan mengapa situasi itu terus terjadi. Bahkan, terindikasi sitausinya makin keras. “Saya terus mengamati kongres adik-adik kali ini. Kami yang senior ini memang tak bisa campur tangan, kami prihatin. Dan, saya dengan beberapa senior KAHMI berusaha menenangkan suasana kongres agar bisa berjalan dengan baik. Anggota HMI selaku seorang mahasiswa harus menunjukkan sikap instelektual dan sekaligus beradab serta berlaku mulia selaku layaknya seorang Muslim yang kafah,” kata Mahfud.
Meski begitu, Mahfud menambahkan, kisruh kecil yang muncul dalam kongres kali ini juga dapat menjadi pertanda betapa kuatnya kepentingan luar HMI bermain di sana. Menurut dia, beberapa kekuatan politik memang berusaha ikut turut campur di dalamnya. Kekuatan kader yang besar serta jaringan yang luas tampaknya menggiurkan ‘orang luar HMI’ sehingga mereka mau serta tega ikut berebut pengaruh dalam organisasi kader tersebut. “Mengapa kongres kali ini kisruh, jawabnya saya kira ada dua hal. Pertama, akibat munculnya kepemimpinan yang tak solid. Sedangkan, hal kedua, akibat adanya permainan politik dari luar. Khusus untuk adanya permainan politik itu, memang saya sudah mendengarnya,” tandas Mahfud.
Bersamaan dengan Kongres HMI yang sekarang tengah berlangsung di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, berbagai informasi mengenai adanya kericuhan di kongres itu muncul dalam pemberitaan media massa. Bahkan, sempat terdengar informasi terjadinya aksi pembakaran dan penjarahan yang digelar di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur. Untunglah informasi ini tidak sepenuhnya benar. Yang terjadi adalah aksi saling lempar antaramahasiswa HMI dari Indonesia timur, khususnya cabang Makassar.
Ketua HMI Cabang Gowa Raya Ahmad Junaed yang dihubungi Republika Online, Sabtu 16/3), mengatakan, kerusuhan memang terjadi dengan aksi lempar-lemparan batu serta pecahan batako yang diambil dari sekitar kawasan asrama haji. “Kejadiannya sekitar pukul 15.00 hingga 16.00 WIB,” ujarnya.
Dia menceritakan, ribut-ribut terjadi saat mereka akan mengambil konsumsi. Saat itu, kata Junaed, serombongan anak HMI tiba-tiba melakukan pemukulan kepada kelompok mahasiswa HMI dari cabang lainnya. Karena tidak terima, akhirnya pemukulan balasan pun terjadi. Junaed mengatakan, rombongan tersebut merasa mereka kurang mendapat perhatian, terutama saat pembagian makanan.
Saling memukul itu kemudian melebar menjadi aksi saling melempar batu. Sebetulnya, kata Junaed, gesekan ini terjadi dengan sesama rombongan HMI dari Makassar yang berangkat dan tiba bersamaan di Jakarta, Jumat (15/3). “Sebetulnya, kita saling kenal, cuma beda kelompok. Ini hanya dinamika politik di HMI, biasa saja,” ujarnya.