REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Soegeng Sarjadi Syndicate, Soegeng Sarjadi mengatakan, saat ini Indonesia sudah memasuki politik ultramodern. Hal ini ditandai dengan lahirnya banyak media baik televisi maupun online.
Selain itu internet juga bertebaran di mana saja, sebuah peristiwa bisa langsung disiarkan secara real time. Tanda lain politik ultramodern, ujar Soegeng, adalah munculnya anggapan melarang pernikahan sesama jenis dianggap sebagai pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).
"Padahal perkawinan sejenis justru membuat manusia lebih rendah daripada binatang dan tidak sesuai dengan nilai luhur bangsa Indonesia," ujar Soegeng dalam Seri Kuliah Umum Soegeng Sarjadi Syndicate di Jakarta, Rabu, (27/3).
Kucing jantan, kata Soegeng, dicampurkan dengan kucing jantan saja berkelahi. Jadi tuntutan HAM ini sudah berlebihan. Bush sendiri di Amerika, terang Soegeng, dianggap melanggar HAM karena tidak mengizinkan perkawinan sesama jenis. Ini politik ultramodern yang kebablasan. "Jangan sampai Indonesia seperti itu," katanya menerangkan.
Saat ini, ujar Soegeng, uang merupakan penggerak politik utama. Dulu ada istilah 'Sugih tanpo bondo, nglurug tanpo bolo.' Namun sekarang tidak mungkin sugih tanpo bondo. Ini juga merupakan salah satu ciri politik ultramodern di Indonesia.
Politik ultramodern, kata Soegeng, juga terlihat dari banyaknya pengusaha yang membeli partai politik. Padahal seharusnya berpolitik itu membawa amanat yang lebih baik, bukan hanya untuk mencapai kekuasaan.
Soegeng mengimbau para politisi muda yang tidak pernah membaca buku Das Kapital maupun perjuangan Mandela untuk segera membaca buku. Sebab buku akan meningkatkan intelektualitas politisi. Namun, lanjut Soegeng, seorang calon presiden bukan hanya butuh intelektualitas semata. Namun juga harus memiliki hati nurani.