REPUBLIKA.CO.ID, BANGUI -- Palang Merah di Afrika Tengah mengatakan pihaknya menemukan sebanyak 78 mayat di jalan-jalan ibu kota Republik Afrika Tengah, Bangui, sejak jatuh ke tangan pemberontak akhir pekan lalu.
Kabar tentang jumlah kematian itu membayangi perayaan hari nasional Republik Afrika Tengah, Jumat, untuk memperingati pendiri negara itu Barthelemy Boganda. Bagonda yang memuluskan jalan bagi kemerdekaan Afrika Tengah dari Prancis pada 1960.
"Biasanya banyak orang. Tetapi, hari ini tak banyak yang terlihat dan mereka takut keluar rumah," kata seorang warga yang meminta namanya tak disebut di satu upacara yang dihadiri sekitar 300 orang.
''Bogonda adalah simbol. Dia berbuat banyak bagi negeri kita," kata Peter Banguima, seorang tukang daging.
Pusat kota Bangui tampak lengang pada Jumat. Sejumlah taksi sudah beroperasi karena penjarahan tak ada lagi. Pemberontak Seleka berusaha memulihkan stabilitas politik setelah menggulingkan Presiden Francois Bozize.
Air minum dan listrik terputus di beberapa bagian ibu kota Bangui yang dikuasai oleh koalisi pemberontak Seleka pimpinan Michel Djotodia pada Ahad. Pemberontak memaksa Bozize meninggalkan negara itu dan memicu perampasan oleh kelompok-kelompok penjarah bersenjata.
Pemberontak menggulingkan Bozize karena dia gagal menghormati syarat-sarat pakta perdamaian Januari. Pakta yang ditandatangani di Libreville, ibu kota Gabon, setelah serangan pertama pemberontak.