REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Penumpang kereta di Stasiun Bekasi mengkhawatirkan harga tiket KRL AC yang mahal. Meskipun rencana penarikan KRL ekonomi ditunda, namun mereka tetap berharap agar penarikan tersebut dibatalkan.
Andi, penumpang kereta, mengeluhkan mahalnya tiket KRL AC. "Saya tiap hari bekerja di Tanah Abang. Kalau naik KRL ekonomi bisa simpan uang lebih banyak. Tapi kalau KRL AC saya nggak bisa nyisain uang banyak. Malah mungkin nggak nyisa," keluhnya di Stasiun Bekasi, Senin (1/4).
Tarif tiket kereta commuter line yang sebesar Rp 6 ribu tersebut dinilai memberatkan penumpang. Sementara, harga tiket kereta ekonomi sebesar yang Rp 1500 dianggap telah sesuai dengan ekonomi rakyat kecil. "Kalau kami rakyat kecil harus naik kereta yang mahal ya nggak bisa," katanya.
Kepala Stasiun Bekasi, Hariyanto, mengatakan penarikan kereta ekonomi akan dilakukan pada Juni mendatang. Sementara itu, PT KAI Commuter Jabodetabek akan menyelesaikan sistem E-Ticketing untuk mempermudah mekanisme pemberian subsidi kepada para penumpang.
Stasiun Bekasi melayani lima perjalanan kereta api ekonomi. "Tapi yang tadinya pagi hari hanya dua kereta, sekarang diubah tiga kereta. Yang sore dari tiga jadi dua kereta," kata Hariyanto.
Berdasarkan pantauan di stasiun, terlihat pengamanan dari puluhan personel gabungan. Pengamanan ini dilakukan untuk mengantisipasi demo susulan oleh para penumpang kereta seperti yang terjadi sepekan yang lalu.
Namun, hingga saat ini kondisi penumpang di Stasiun Bekasi tampak kondusif. Sementara, jumlah penumpang kereta ekonomi di Stasiun Bekasi tercatat normal, yakni mencapai sekitar empat ribu orang.
Humas Kepolisian Resor (Polres) Bekasi, Evi Fatna, mengatakan untuk pengamanan antisipasi demo diturunkan sekitar 60 personel aparat keamanan. "Untuk kuat personil pam antisipasi menurunkan satu pleton dalmas polres ditambah satu pleton anggota polsek bekasi utara," katanya.