REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR UTARA -- Sejumlah pengusaha kecil dan menengah mengaku pasrah dengan rencana kenaikan tarif tenaga listrik. Namun mereka belum berencana menaikkan harga jualan produk mereka.
Dede, pemilik dua tempat usaha laundry di daerah Kaum Sari, Bogor Utara, menjadi salah satu korban akibat kenaikan TDL. Ia mengaku tidak bisa berbuat apa-apa terkait rencana kenaikan TDL.
"Sebenarnya sih merasa berat juga mas. Khususnya buat pengusaha kecil kayak saya. Tapi mau gimana lagi. Nanti saya pikirin lagi cara ngakalinnya," kata Dede kepada ROL, Selasa (2/4).
Dalam sehari, Dede yang memiliki total lima mesin cuci itu mengaku tidak bisa menerima orderan laundry hingga puluhan kilogram. Sebab, untuk membayar tagihan listrik paling tidak ia harus mengeluarkan dana sekitar Rp 250 ribu setiap bulannya. Jika TDL naik, otomatis pengeluarannya di sektor listir bertambah.
Hal senada diungkapkan Ridwan, pemilik warung internet (Warnet) di Warung Jambu, Bogor Utara. Meski mengaku pasrah, Ridwan sebenarnya keberatan dengan rencana kebijakan tersebut.
Warnet yang dimiliki Ridwan memiliki 20 unit komputer. Dalam sebulan Ridwan yang menggunakan daya 1.300 KvA itu harus mengeluarkan sekira Rp 500 ribu untuk membayar tagihan listrik.
"Kalo omzetnya sudah besar sih mungkin, tidak terlalu terasa. Tapi kan kami cuma pengusaha kecil," tutur Ridwan yang mengaku pelanggannya kebanyakan anak sekolah.
Terhitung sejak kemarin, Senin (1/4), tarif TDL resmi dinaikkan, termasuk area Bogor. Kenaikan ini rata-rata sebesar 4,3 persen untuk semua kelompok.