Kamis 04 Apr 2013 19:05 WIB

'KPK Belum Memerlukan Komite Etik yang Permanen'

Rep: Bilal Ramadhan/ Red: Karta Raharja Ucu
Busyro Muqoddas.
Foto: Republika / Tahta Aidilla
Busyro Muqoddas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tak sedikit pihak yang mendukung KPK membentuk lembaga pengawas seperti Komite Etik yang permanen. Tetapi, Wakil Ketua KPK, Busyro Muqoddas menganggap KPK belum memerlukan lembaga pengawas.

"Tidak perlu," kata Busyro Muqoddas yang dihubungi ROL, Kamis (4/4).

Busyro menyatakan, Komite Etik hanya akan dibentuk jika ada kasus dan unsur-unsurnya ditentukan sesuai dengan kompetensinya. Selain itu, Komite Etik juga akan dilihat integritas dan komitmen personil yang akan direkrut untuk menjadi Komite Etik.

"Sekaligus memperhatikan azas keterbukaan publik. Jadi tidak perlu (Komite Etik yang permanen)," ujar Busyro yang pernah menjadi Ketua KPK ini.

Pernyataan berbeda dilontarkan juru bicara KPK, Johan Budi SP yang berpendapat memang lebih baik jika Komite Etik dibentuk secara permanen. Jadi, KPK tidak perlu menunggu ada dugaan pelanggaran kode etik yang dilakukan pimpinan KPK, baru Komite Etik dibentuk.

Namun diakui Johan, untuk membentuk Komite Etik yang permanen, merupakan kewenangan pemerintah dan DPR. Hal ini seperti pemilihan pimpinan KPK yang dilakukan pemerintah dan DPR. "Memang sebaiknya yang melakukan seleksi Komite Etik adalah tim independen profesional," jelasnya.

Pembentukan Komite Etik yang permanen juga dianggap tidak melanggar Undang-Undang Nomor 30/2002 tentang KPK. "Saya kira tidak berlawanan kalau membentuk Komite Etik yang permanen," tegasnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement