REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Sejumlah pengusaha penggilingan padi di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), kesulitan memperoleh solar bersubsidi untuk bahan bakar pengoperasian mesin mereka. "Sudah sekitar dua minggu ini saya tidak bisa mengoperasikan mesin penggilingan padi karena kesulitan mendapatkan solar bersubsidi," kata pengusaha penggilingan padi asal Dusun Wonorejo, Desa Gadingsari, Arif Lukman di Bantul, Kamis (11/4).
Menurut dia, dirinya yang mengandalkan pendapatan dari usaha penggilingan padi keliling yang ditekuninya sejak dua tahun itu, sebelumnya tidak pernah kesulitan memperoleh solar bersubsidi di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). "Dulu tidak sampai sesulit ini, karena masih bisa sedot dari tangki bus. Namun, saat ini tidak bisa karena persediaan terbatas, dan untuk mendapatkan di SPBU sering habis. Jika pun ada, harus antre," ujarnya.
Ia mengatakan padahal dalam sehari-hari dirinya membutuhkan sekitar 10 liter solar untuk mengoperasikan mesin penggilingan padi. Pendapatan bersih dari pengoperasian mesin tersebut sebesar Rp 100 ribu per hari.
Namun, karena kondisinya sekarang seperti ini, terpaksa dirinya tidak bekerja. "Di daerah saya ada sekitar 10 mesin penggilingan padi, umumnya sudah tidak dapat beroperasi karena sulitnya memperoleh solar. Maka, saya mencoba mengajukan surat permohonan rekomendasi pembelian solar bersubsidi ke dinas terkait, agar mendapat prioritas untuk membeli solar," paparnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Bantul Sulityanto mengatakan pihaknya sedang mengusulkan agar pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) memperoleh prioritas menggunakan BBM bersubsidi jenis solar pada saat seperti sekarang. Meski tidak mengakui secara langsung, namun pihaknya tidak membantah saat ini di Bantul telah terjadi pengurangan pasokan solar bersubsidi ke SPBU, karena ada kebijakan pengendalian BBM bersubsidi dari pemerintah dan Pertamina.
"Dalam rapat koordinasi lalu kami menyampaikan agar pelaku UMKM, usaha pertanian dan perikanan mendapat prioritas untuk bisa membeli solar bersubsidi, sehingga usaha mereka tetap berjalan," katanya.
Menurut dia, mekanisme pelayanan SPBU kepada konsumen bisa dengan sistem waktu, seperti pada pagi hari untuk melayani pelaku UMKM, dan selanjutnya bagi para pemilik kendaraan yang menggunakan bahan bakar tersebut. "Pada saat kondisi abnormal seperti sekarang, memang butuh kebijakan, dan kunci pengendalian serta pengawasan ada di SPBU yang betul-betul bisa menerapkannya. Kami berharap kondisinya segera pulih, entah nanti dengan kebijakan seperti apa," tuturnya.