REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Dua belas tahun setelah jatuhnya Taliban, Afganistan mencatat rekor produksi opium. Jika tidak ada hambatan, hasil panen tahun ini akan menempatkan Afganistan sebagai produsen 90 persen opium dunia.
"Budidaya opium sudah tiga tahun sukses dan produksi semakin meningkat," ujar Kepala PBB untuk Narkoba dan Kriminalitas di Afganistan, Jean-Luc Lemahiu dilansir the Guardian. Hanya 14 dari 34 provinsi di Afganistan yang bebas opium. Jumlah itu turun dari 20 provinsi pada 2010. Satu-satunya penurunan budidaya terjadi di provinsi Herat barat.
Pangsa pasar Afganistan sebenarnya telah merosot 75 persen setelah cuaca buruk selama dua tahun terakhir. Namun, penurunan produksi opium juga mendorong kenaikan harga yang menyentuh rekor 300 dolar AS per kilogram. Harga sekarang telah turun menjadi 100 dolar AS tapi masih tinggi sehingga banyak petani yang mengubah lahannya untuk pertanian opium.
Nampaknya tidak akan ada lagi panen buruk tahun ini. Hal ini karena belum ada hama dan musim dingin pada 2011-2012. Meski demikian, pemerintah dan komunitas belum memprioritaskan upaya pemotongan tanaman.
Upaya pemberantasan opium tanpa dukungan fasilitas kesehatan dan pendidikan dinilai akan mendorong kelompok pemberontak Taliban dan lainnya menolerir tanaman memabukkan tersebut. Produksi opium pun akan terus meningkat.