REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG — P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) Jabar, terus melakukan upaya untuk mencegah trafficking. Salah satu terobosan yang akan dilakukan adalah, memberdayakan majelis taklim untuk memberikan pemahaman tentang trafficking di masyarakat.
"Saya mau majelis taklim melakukan reformasi. Saya mau konselor trafficking mulai dari majelis taklim dulu," ujar Ketua P2TP2A, Netty Prastyani kepada wartawan, Kamis (18/4).
Menurut Netty, jumlah majelis taklim di Jabar banyak. Jadi, akan efektif kalau dijadikan sebagai konselor trafficking. Saat ada kasus trafficking, sebelum dilaporkan ke P2TP2A maka ditampung dulu oleh konselor.
Selain memberdayakan majelis, kata dia, P2TP2A bekerja sama dengan Badan Pemberdayaan Ibu dan Anak Jabar akan membangung sentra kesehatan produksi tahun ini. Nantinya, akan dididik sejumlah relawan dengan melibatkan berbagai organisasi. "Dua tahun kami menyiapkan relawan tersebut, tiga angkatan dari Ormas," katanya.
Netty mengatakan, P2TP2A sejak 2010 sampai sekarang telah menangani 255 kasus. Yang terbanyak adalah human trafficking. Kasus yang ditangani P2TP2A tersebut, sekitar 200 kasus adalah human trafficking, 55 kasus kerasan rumah tangga dan lain-lain
"Kalau berdasarkan data di Polda Jabar, kasus trafficking Jabar sekitar 746 kasus. Era digital ini, harus diwaspadai," katanya.
Menurut Netty, sekarang mungkin kasus trafficking tersebut sudah bertambah. Namun, Ia bersyukur dengan berbagai upaya yang dilakukannya kesadaran masyarakat terhadap trafficking semakin tinggi. "Saya bersyukur P2TP2A jadi rujkan masyarakat untuk melapor," kata Netty.
Sebelum 2008, menurut Netty, Jabar tidak memiliki lembaga khusus yang menangani trafficking. Jadi, advokasinya sulit. Tapi sekarang, lebih terorganisir lagi.
Di 2013 ini, kata dia, P2TP2A tentu akan melanjutkan berbagai program. Baik menyangkut kesehatan reproduksi maupun seksualitas. Selama ini, ibu-ibu tidak pernah mengajari tentang reproduksi dan seksualitas ke anak perempuan. Dampaknya, banyak terjadi kasus perkosaan karena ketidaktahuan.
"Di Jabar, ada anak berusia 14 tahun hamil karena dipekosa ini adalah bencana bagi kita. Ini adalah masalah kita," katanya.
Menurut Netty, era digital ini sebenarnya memang bagus karena bisa mendekatkan yang jauh. Namun, sisi negatifnya, ia khawatir justru akan menjauhkan yang dekat. Setiap anggota keluarga, asyik dengan handphonenya masing-masing sehingga jarang berkomunikasi dengan anggota keluarga yang lain.
Di sisi lain, situs yang ada diinternet harus diwaspadai. Karena, anak-anak kita yang berusia 15-17 tahun bisa dengan mudah mengakses situs pornografi.
Diperkirkan, 90 persen anak-anak mengaksesnya situs terlarang tersebut saat mengerjakan tugas sekolah. "Ya mungkin nggak sengaja googling, ada situs itu. Ini, patut diwaspadai," katanya.
Menurut Netty, kita memang hidup di era digital. Namun, ada sisi lain yang tentunya harus diakomodasi secara seimbang semua pihak. Termasuk, orang tua. Dikatakan Netty, Ia pernah membaca di beberapa buku yang inspiring tentang keluarga dan tentang perempuan itu sendiri.
Misalnya, di beberapa buku, Barbara Bush disebutkan, "kalau pengacara gagal mendampingi klien hadapi kasus hukum, dia akan memperbaiki di hari yg lain. Tapi kalau ada seorang ibu atau ayah gagal mengelola keluarga tidak pernah ada kata maaf untuknya. Sepanjang hidup dia akan penuh penyesalan."
"Ini harus direnungkan oleh semua orang tua," katanya menambahkan.
Menurut Netty, semua perempuan harus bisa memaknai semangat Kartini sebagai inspirasi dalam peningkatan kualitas dan peran perempuan di Jawa Barat. Namun, terdapat beberapa faktor diskoneksi peran perempuan dan kepemimpinan yaitu intelektualitas, mentalitas, manajemen, supporting sistem dan paradigma.