Ahad 21 Apr 2013 20:03 WIB

Waspadai Obat Palsu di Sekitar Kita

Rep: Andi Nur Aminah/ Red: Heri Ruslan
Obat palsu
Foto: antara
Obat palsu

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Masyarakat Indonesia Anti Pemalsuan (MIAP) mengajak  seluruh pemangku kepentingan untuk turut berperan aktif memerangi obat palsu di Indonesia.

  Ketua MIAP Widyaretna Buenastuti, mengatakan  ada banyak obat palsu yang mengandung bahan-bahan yang dapat membahayakan kesehatan. 

Widyaretna mengatakan, ada banyak  obat-oabtan saat ini yang dibuat tidak dibuat sesuai dengan standard. Kehadiran obat palsu, kata dia, jelas memunculkan masalah yang amat berbahaya.

‘’Masalah ini berkembang terus termasuk di Indonesia. Dan sekarang ini semua jenis obat dapat menjadi target pemalsuan, baik obat bermerek ataupun yang generik,’’ ujar Widyaretna dalam rilis yang diterima Republika Online, Ahad (21/4). 

Sebuah penelitian terkini tentang obat palu yakni Victory Project yang dilakukan Akmal Taher dari Departemen Urology, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia – Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI-RSCM) telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan  untuk mengetahui dan  mengukur sejauh mana masalah pemalsuan obat khususnya produk PDE5 Inhibitor (Sildenafil). 

Obat ini dikenal sebagai obat terapi disfungsi ereksi. Riset telah dilakukan di empat wilayah  di Indonesia., yakni Jabodetabek, Bandung, Jawa Timur (Surabaya & Malang) serta Medan .  Widyaretna mengatakan, riset dilakukan menggunakan metode mystery shopping  yang dilakukan pada berbagai macam outlet penjualan. Penjual obat di jalan dan juga pembelian melalui online pun ternasuk yang diriset. 

Obat-obatan palsu, kata Widyaretna,  tidak hanya berakibat dan menimbulkan risiko terhadap kesehatan masyarakat. Tetapi secara ekonomi juga merugikan bagi masyarakat dan juga berdampak terhadap ekonomi nasional

Hasil penelitian tersebut, menunjukkan adanya kandungan berbahaya pada obat palsu. Melva Louisa, salah seorang Biomed dari FKUI menyatakan, dari sisi kesehatan sudah tentu obat palsu yang  didalamnya mungkin mengandung zat berbahaya. Bisa pula tidak dibuat dengan takaran sebenarnya.

‘’Berkisar sangat kecil hingga sangat berlebihan, pasti berakibat pada pengobatan pasien. Dampaknya bisa tidak kunjung sembuh, resisten terhadap pengobatan, sehingga kondisi makin memburuk dan bahkan dalam kondisi ekstrem hal ini dapat menimbulkan kematian,’’ kata Melva.   

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement