Selasa 30 Apr 2013 21:24 WIB

Djoko Suyanto: Arah Perubahan Harus Dikawal

Rep: Muhammad Iqbal/ Red: Heri Ruslan
Menko Polhukam Djoko Suyanto
Foto: Republika/Prayogi
Menko Polhukam Djoko Suyanto

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto mengaku terkejut menerima penghargaan sebagai Tokoh Perubahan Republika 2012.

"Terima kasih untuk Republika.  Meskipun dengan tanda tanya besar untuk penghargaan ini.  Apa kriterianya?," tutur Djoko saat menyampaikan sambutan seusai menerima penghargaan, Selasa (30/4).

Bagi Djoko, momentum seperti penghargaan Tokoh Perubahan Republika bukanlah tujuan utama. Di dalam dirinya, Djoko selalu menanamkan sikap 'do your best and let's God do the rest.  "Apa tidak salah anugerah ini diberikan kepada saya? Bagi saya terlalu mewah dan tinggi," kata Djoko.

Menurut Djoko, masih banyak tokoh-tokoh Indonesia yang lebih berhak menerima penghargaan Tokoh Perubahan Republika.  Tokoh-tokoh itu baik yang kerap lalu lalang di media massa maupun mereka yang berkarya dan bekerja dalam keheningan masing-masing. 

Secara pribadi, Djoko senang menyebut dirinya sebagai seseorang yang adaptif.  Seseorang yang harus mengikuti arus perubahan, menjaga perubahan itu sekaligus bersama-sama memelihara arah perubahan menuju pelabuhan akhir. 

"Yaitu negara yang besar yang disebut Indonesia," ujar Djoko.Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) mengatakan transformasi yang hasilnya dirasakan sekarang ini merupakan sebuah kemewahan, kebebasan dah kesetaraan yang harus dijaga pada arah yang benar.

Menjadi tugas semua pihak untuk menjaganya secara telaten, sabar dan penuh konsistensi dalam membangun demokrasi.  "Demi kejayaan bangsa kita ke depan.  Jayalah Indonesia dan jangan pernah berhenti mencintai Indonesia."

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement