Rabu 01 May 2013 21:39 WIB

Wamenkumham: Lapas di Indonesia Butuh Psikolog

Wamenkumham, Denny Indrayana
Foto: Edwin Dwi Putranto/Republika
Wamenkumham, Denny Indrayana

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Denny Indrayana mengatakan warga binaan lembaga pemasyarakatan (Lapas) di Indonesia membutuhkan psikolog untuk membantu memberikan konseling dalam beberapa kasus. 

"Atas dasar itu kami mendorong keterlibatan psikolog di lembaga pemasyarakatan (LP). Hal itu antara lain didasari pengalaman yang terjadi pascakasus penyerangan yang terjadi di Lapas Kelas IIB Cebongan, Sleman, beberapa waktu lalu," kata Denny di Yogyakarta, Rabu (1/5).

Menurutnya, Kementerian Hukum dan HAM (Kemkumham) selalu terbuka untuk menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi dan psikolog yang akan membantu memberikan konseling di lapas.

Denny menyampaikan selain keterlibatan psikolog dari perguruan tinggi, juga terbuka peluang keterlibatan mahasiswa Fakultas Psikologi pada saat kuliah kerja nyata (KKN).

"Selama ini selain dari Fakultas Psikologi telah ada pula kerja sama lain yang dijalin seperti dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemnakertrans) dan Kementerian Agama (Kemag) dengan lapas," ujar Denny.

Selain psikolog sebenarnya masih banyak persoalan yang terjadi di Lapas Indonesia. Persoalan itu di antaranya kelebihan kapasitas penghuni lapas.

Penghuni lapas di Indonesia per 30 April 2013 sebanyak 157.684 orang. Jumlah itu terdiri atas 50.751 tahanan dan 106.933 narapidana, sedangkan kapasitas hunian lapas hanya mencapai 104.684 orang dengan 30.181 petugas.

"Jadi, secara nasional masih ada kelebihan kapasitas sekitar 150,37 persen," kata Denny.

Direktur Center for Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi UGM Noor Rochman Hadjam mengatakan, tenaga psikolog perlu dilibatkan di Lapas Indonesia. Keberadaan psikolog diperlukan pada saat sebelum, selama dan sesudah warga binaan berada di lapas.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
قَالَ يٰقَوْمِ اَرَءَيْتُمْ اِنْ كُنْتُ عَلٰى بَيِّنَةٍ مِّنْ رَّبِّيْ وَرَزَقَنِيْ مِنْهُ رِزْقًا حَسَنًا وَّمَآ اُرِيْدُ اَنْ اُخَالِفَكُمْ اِلٰى مَآ اَنْهٰىكُمْ عَنْهُ ۗاِنْ اُرِيْدُ اِلَّا الْاِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُۗ وَمَا تَوْفِيْقِيْٓ اِلَّا بِاللّٰهِ ۗعَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْهِ اُنِيْبُ
Dia (Syuaib) berkata, “Wahai kaumku! Terangkan padaku jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan aku dianugerahi-Nya rezeki yang baik (pantaskah aku menyalahi perintah-Nya)? Aku tidak bermaksud menyalahi kamu terhadap apa yang aku larang darinya. Aku hanya bermaksud (mendatangkan) perbaikan selama aku masih sanggup. Dan petunjuk yang aku ikuti hanya dari Allah. Kepada-Nya aku bertawakal dan kepada-Nya (pula) aku kembali.

(QS. Hud ayat 88)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement