Senin 06 May 2013 22:15 WIB

Masyarakat Sekitar Papandayan Waspadai 'Direct Blast'

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Djibril Muhammad
Gunung Papandayan
Foto: wordpress.com
Gunung Papandayan

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG — Masyarakat di sekitar Gunung Papandayan diminta waspada dengan status Siaga.

Menurut Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM, Surono, potensi bencana yang kemungkinan terjadi adalah erupsi freatik tiba-tiba disertai keluarrnya gas beracun. Selain itu, bisa juga terjadi erupsi gas terarah (directed lateral blast).

"Masyarakat tidak boleh berada di radius 2 km, karena khawatir ada direct blast. Itu panas dan dikhawatirkan ada gas yang keluar," ujar Surono kepada wartawan, Senin (6/5).

Hal lain yang harus diwaspadai, menurut Surono, puncak Gunung Papandayan sangat rapuh dan lapuk tinggi. Jadi, kalau kena getaran dikhawatirkan akan longsoran tebing di sekitar kawah gunung tersebut.

Di kompleks Gunung Papandayan, terdapat penumpukan metarial hasil erupsi yang tercatat 3 juta meter kubik. Yakni, di hulu sungai Cibereum dan sungai Ciparugpug.

"Kalau terjadi hujan lebat berpotensi terjadinya lahar yang akan mengalir mengikuti alur sungai tersebut," katanya.

Menurut Surono, kalau Gunung Papandayan meletus maka lumpur panasnya akan keluar diperkirakan sampai 500 meter. Gunung ini, sebenarnya bukan tipe letusan yang hebat. Hal tersebut, terlihat pada letusan terakhir 2002.

Saat meletus, hanya terjadi longsor dan banjir bandang. Jadi, yang mengancam masyarakat bukan letusannya melainkan longsorannya. "Papandayan, materialnya yang rapuh. Jadi, bisa terjadi longsor. Kalau ada korban, kemungkinan karena longsornya," katanya.

Dikatakatan Surono, Gunung Papandayan dinyatakan status Siaga bukan berarti mau meletus. Belum tentu, status tersebut dinaikkan maka gunung meletus. Karena, waktu meletus gunung tersebut tidak bisa diprediksi. Beberapa gunung, ternyata saat dinyatakan waspada gunungnya sudah meletus.

"Gunung Semeru waspada, tapi tiap 30 menit sekali meletus," kata Surono.

Peningkatan status ini, kata dia, bukan untuk meramal kapan gunung tersebut akan meletus. Tapi, memperlihatkan aktivitas naik. Gunung Papandayan, pada 13 Agustus 2011 pukul 04.00 WIB dinaikkan dari waspada level II ke Siaga level III.

Sejak 31 Januari 2013, pukul 15.00 WIB diturunkan dari siaga level III menjadi waspada level III. Kemudian, pada 5 Mei 2013 pukul 12.00 WIB status kegiatan dan Papandayan dinaikkan dari waspada menjadi siaga (level III).

Peningkatan status tersebut, kata dia, ditetapkan karena aktivitas Gunung Papandayan mengalami peningkatan. Pada 1-30 April, terekam 363 kali kejadian gempa vulkanik dangkal, 36 kali kejadian gempa vulkanik dalam, 28 kali kejadian gempa tektonik lokal dan 109 kali kejadian gempa tektonik jauh.

Sementara, pada 1 sampai 5 Mei 2013, menurut Surono, terekam 131 kali kejadian gempa vulkanik dangkal, 22 kali kejadian gempa vulkanik dalam, 249 kali kejadian gempa tektonik lokal dan 10 kali kejadian gempa tektonik jauh.

"Lebih baik, kami naikkan status siaga dan perbesar radius aman. Yakni, dari 1 km menjadi 2 Km. Dari pada ragu, lebih baik tidak terjadi letusan tapi masyarakat aman," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement