REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Trimegah Asset Management menerbitkan produk reksa dana baru, TRAM ALPHA. Diharapkan dana kelolaan yang diperoleh dari produk ini hingga akhir tahun sebesar Rp 300 miliar.
Reksa dana baru ini disediakan perseroan bagi nasabah yang awam dengan produk-produk reksa dana. Produk ini cocok untuk kondisi pasar yang saat ini serba tidak pasti. Produk ini merupakan alternatif bagi nasabah yang memiliki profil risiko menengah.
Underlying asset investasi dari produk ini adalah kombinasi dari efek ekuitas, efek utang, dan pasar uang. "Fokus utama TRAM ALPHA adalah di efek ekuitas. Namun bila kondisi pasar kurang baik, maka portofolionya dialihkan ke efek utang atau pasar uang," ujar Direktur Utama Trimegah Asset Management Denny R Thaher, Selasa (7/5).
Produk ini akan melakukan investasi dengan komposisi portofolio investasi 1-79 persen pada efek ekuitas dan 1-79 persen pada efek utang. Sedangkan investasi pada instrumen pasar uang dalam negeri dipatok 0-79 persen dan instrumen tersebut adalah yang jatuh tempo kurang dari satu tahun.
Untuk portofolio efek ekuitas, produk TRAM ALPHA diinvestasikan ke saham-saham yang berkapitalisasi menengah, yaitu Rp 35 triliun-Rp 40 triliun. Selain itu saham-saham tersebut harus memiliki rata-rata likuiditas harian Rp 5 miliar. "Tapi kami juga pertimbangkan saham-saham yang kapitalisasinya besar," ujar Kepala Riset Trimegah Ivan Chamdani.
Untuk sektornya, Ivan mengungkapkan hal tersebut bergantung pada situasi pasar. Perseroan akan melihat saham-saham yang baik dan cukup aman untuk investasi.
Untuk efek utang, perseroan hanya akan menginvestasikan dana reksa ke obligasi pemerintah. Pertimbangan ini dilakukan lantaran obligasi pemerintah lebih likuid.
Seperti produk reksa dana lain yang telah diterbitkan perseroan, nilai investasi yang ditawarkan cukup terjangkau. Minimal investasi untuk TRAM ALPHA adalah senilai Rp 250 ribu. Perseroan mematok biaya penjualan sebesar 1,5 persen bila dilakukan sebelum satu tahun sejak pembelian. Return yang ditawarkan adalah 5-17 persen dari produk ini.
Perseroan telah menunjuk HSBC Securities Services sebagai bank kustodian. Perseroan telah memperoleh izin dari Otoritas Jasa Keuangan di akhir Maret 2013 dan efektif ditawarkan mulai 1 Mei 2013. "Per Senin (6/5) dana kelolaan dari produk ini saja sudah sebesar Rp 87," kata Ivan.