REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Menjelang kenaikan bahan bakar minyak (BBM), setelah hilang di daerah, kelangkaan gas elpiji tabung tiga kilogram (kg) dan 12 kg makin meluas ke kota Bandar Lampung, sepekan terakhir.
Warga kesulitan mencari elpiji, terpaksa menggunakan minyak tanah meski harganya mahal. Dari penelusuran Republika di sejumlah pangkalan elpiji dan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU), Rabu (8/5), kekosongan elpiji sudah terjadi sepekan terakhir.
Pada Selasa pekan lalu masuk pasokan, hanya tiga jam sudah ludes dibeli pengecer dan warga. Pengelola agen atau pangkalan elpiji di Jalan Teuku Cik Ditiro, mengaku pasokan elpiji baik tabung kecil dan besar sudah tidak normal lagi dari pertamina.
Tumpukan tabung kecil dan besar masih terpajang sudah sepekan. "Biasanya pasokan tiga kali seminggu, sekarang bisa dua minggu sekali," kata Rifto, petugas agen elpiji tersebut.
Di SPBU yang menjual gas elpiji di kota Bandar Lampung, sudah kosong sejak dua pekan lalu. Sedangkan di warung-warung dan pengecer, sudah tidak menerima pasokan lagi sejak tiga pekan ini.
Renny, pemilik warung Renny di Kemiling, sudah tidak menerima pasokan gas tabung tiga kilogram lagi. Ia masih menyediakan stok lama tabung 12 kg, itu pun sisa tinggal dua tabung lagi. "Harga tabung 12 kg sudah naik Rp 80 ribu per tabung dari Rp 75 ribu," kata Renny.
Beberapa warung yang masih menyisakan stok tabung kecil, sudah menaikkan harga elpijinya menjadi Rp 20 ribu per tabung dari Rp 14 ribu per kg.
Warga yang tak kebagian gas kecil, terpaksa beralih ke minyak tanah, meski harganya tinggi Rp 12 ribu per liter. "Pake kompor minyak tanah dulu, biar bisa masak," kata Herlina, warga Tanjungkarang Barat.