REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dirjen Pendidikan Menengah (Dikmen) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Hamid Muhammad mengungkapkan, masih banyak siswa lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau sederajat enggan melanjutkan ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Alasannya, menurut Hamid, masih banyak masyarakat yang menganggap SMK sebagai sekolah kelas dua di bawah SMA sehingga mereka lebih tertarik masuk SMA. Alasan kedua, lanjut Hamid, karena lulusan SMK banyak yang menganggur.
"Karena itu pemerintah menata kembali SMK agar lebih berorientasi mutu dan meningkatkan kerjasama dengan Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI)," ujar Hamid dihubungi, Ahad (12/5).
Hamid menuturkan, kerjasama yang terjalin dengan DUDI merupakan hal yang penting agar siswa lulusan SMK dapat langsung bekerja setelah lulus sesuai dengan keahlian yang dipelajarinya saat SMK.
Hamid pun mengatakan ruang dan alat praktek sebagai sarana pelatihan ketrampilan siswa SMK menjadi hal yang perlu mendapat perhatian."Ruang dan alat praktek merupakan salah satu komponen mahal di SMK," kata dia.
Standar ruang dan alat praktik, Hamid mengungkapkan, tidak sama untuk setiap program keahlian. Ia pun menjelaskan, setiap tahunnya pemerintah menyediakan bantuan untuk ruang dan alat praktek tersebut dan ditargetkan komposisi lulusan SMA dan SMK pada tahun 2020 sebesar 40:60.