REPUBLIKA.CO.ID,BANTUL--Pakar pertanian dari Universitas Gadjah Mada Jamhari mengatakan petani di wilayah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, paling miskin dibanding petani lain di provinsi ini.
"Salah satu indikator kemiskinan bisa dilihat dari luas lahan yang dimiliki, dan rata-rata petani Bantul memang luas lahannya lebih kecil dibanding lahan petani di Kabupaten Sleman, dan Kulon Progo," katanya di Bantul, Rabu.
Menurut dia usai menjadi pembicara dalam workshop terkait Raperda DPRD tentang Pengaturan Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan Bantul, minimnya kepemilikan lahan petani itu dipicu terus menyusutnya luas lahan akibat pembangunan perumahan.
Dosen sekaligus Dekan Fakultas Pertanian UGM ini mengatakan data yang diperoleh menunjukkan rata-rata petani di Bantul hanya memiliki seluas 0,2 hektare lahan pertanian, atau sekitar 2.000 meter persegi.
Luas tersebut, kata dia, paling sempit dibanding kepemilikan lahan pertanian petani lain di kabupaten lain seperti Sleman, Gunung Kidul, atau Kulon Progo yang masih dalam satu provinsi.
"Di daerah lain yang jelas di atas 0,2 hektare, namun tidak terlalu tinggi sekali antara 0,3 sampai 0,4 hektare. Namun, untuk 0,5 hektare atau 5.000 meter persegi, sangat jarang ditemukan," katanya.
Menurut dia, sempitnya kepemilikan lahan petani Bantul di antaranya karena tidak seimbangnya antara luas lahan pertanian yang ada dengan jumlah warga yang bekerja sebagai petani yang jumlahnya lebih banyak.
"Ditambah dengan penyusutan lahan pertanian di Bantul cukup tinggi akibat ekspansi perumahan, meski petani bisa meningkatkan produktivitas pertaniannya, namun penyusutan tidak sebanding dengan peningkatan produksi pertanian," katanya.
Ia juga menyinggung penyusutan lahan pertanian ke nonpertanian di DIY mencapai seluas 200 hingga 250 hektare per tahun, dan itu artinya masing-masing empat kabupaten kecuali Kota Yogyakarta penyusutan per tahun bisa mencapai 50 hektare.
"Untuk di Bantul kini pengembangan perumahan terus meningkat, karena di Sleman sekarang sudah mulai ada pembatasan, sehingga 'larinya' pengembang ke Bantul. Lihat saja di daerah Kecamatan Sewon, atau Banguntapan," katanya.