REPUBLIKA.CO.ID,BANDAR LAMPUNG -- Menjelang kenaikan bahan bakar minyak (BBM), di wilayah Lampung dan sekitarnya terjadi kelangkaan gas elpiji tabung tiga dan 12 kilogram. Tidak ada alternatif lain, warga terpaksa kembali menggunakan kayu bakar untuk memasak sehari-hari.
Kelangkaan tidak saja terjadi di berbagai daerah di Lampung, tetapi sudah merambah di kota Bandar Lampung. Warga terpaksa pulang dengan tangan kosong saat hendak membeli gas elpiji tiga atau 12 kilogram. Pihak SPBU dan agen yang biasa menerima pasokan elpiji, sepekan bisa tiga kali, namun hanya sekali pasokan, itu pun hanya mampu bertahan dua sampai tiga jam sudah habis.
Warga yang tidak kebagian elpiji terpaksa menggunakan kayu bakar untuk memasak sehari-hari di dapur. Bando (68 tahun), ibu rumah tangga di Tanjungkarang Barat, terpaksa menggunakan kayu bakar untuk memasak air dan nasi. Ia sudah berkeliling mencari elpiji tiga kilogram, namun tidak tersedia lagi. “Saya terpaksa sementara pakai kayu bakar memasak. Pakai minyak tanah harganya mahal, lagi pula sudah dicampur minyaknya,” kata Bando, warga kota Bandar Lampung.
Menurut dia, minyak tanah sekarang juga sulit didapat karena mahal harganya mencapai Rp 14 ribu per liter. Itupun minyak tanahnya sudah dicampur solar oleh oknum penjual.
Kelangkaan elpiji di Lampung, diakui Asisten Manager External Relation PT Pertamina Fuel Retail Marketing (FRM) Regional II Sumbagsel Roberth MV Dumatubun. Kepada ROL ia mengatakan kuota Lampung memang berkurang 1,2 persen dari tahun 2012. “Tentunya (tahun ini) dirasakan tidak mencukupi,” kata Roberth. Ia menyebutkan saat ini, Pertamina sudah menyalurkan lebih dari rata-rata normal untuk elpiji tiga kilogram untuk wilayah Lampung.