REPUBLIKA.CO.ID, Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Dalam satu kesempatan saya pernah menerima pesan seperti ini di salah satu jejaring sosial ;
P354N 1N1 11131118UK71K4N 841-1W4 074K K174 8154 1113L4KUK4N 1-14L Y6 LU412 81454 1113N4KJU8K4N! P4D4 4W4LNY4 7312454 5UK412 74P1 5373L41-1 54111P41 D1841215 1N1 P1K1124N K174 8154 111311184C4NY4 53C4124 0701114715 74NP4 8312P1K112 841-1W4 K174 111311184C4 4N6K4. 84N664L41-1! K4123N4 1-14NY4 0124N6-0124N6 731273NTU Y4N6 8154 111311184C4 P35AN 1N1. PL3453 F012W412D 1F U C4N
Menurut si pengirim jika otak kanan kita bekerja dengan baik maka dengan cepat kita bisa beradaptasi dan membaca pesan itu. Ada-ada saja. Inikah tulisan alay yang menghebohkan tersebut? Saya kurang paham, tapi bila saya lihat jejaring sosial media memang banyak tulisan-tulisan seperti ini dikalangan anak-anak yang dulu sering kita sebut abege, mungkin sekarang sebutannya anak alay atau anak gaul?
Sudahlah kita tinggalkan bahasan mengenai tulisan diatas tersebut, mari kita masuk kepada bahasan judul yang saya angkat yaitu “jeritan status anak gaul atau alay?”. Kenapa seperti itu, karena astaghfirullah saya sering selewat terbaca status-status yang nota bene bukan hanya anak-anak saja tapi juga orang dewasa.
Status tersebut sering mengumbar aib sendiri, juga tidak jarang mengumbar aib orang lain, atau keluh kesah, kondisi galau yang sedang dihadapi dan sebagainya. Kalo dahulu di zaman saya tahun 80’an orang-orang seperti itu disebut orang MPO singkatan dari (mencariperhatian orang) alias KUPER (kurangperhatian).Walhasil mereka sering membuat hal-hal yang pada tujuan akhirnya ingin dikomentari atau diperhatikan teman-teman atau khalayak umum.
Bagaimana Islam menuntun kita dalam memandang hal tersebut, mungkin pendekatan yang bisa saya hadirkan adalah bersandar dari dalil sebagaimana berikut ; ndariAbu Hurairah ra , ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda: Semua umatku akan ditutupi segala kesalahannya kecuali orang-orang yang berbuat maksiat dengan terang-terangan.
Masuk dalam kategori berbuat maksiat terang-terangan adalah bila seorang berbuat dosa di malam hari kemudian Allah telah menutupi dosanya, lalu dia berkata (kepada temannya): Hai Fulan! Tadi malam aku telah berbuat ini dan itu. Allah telah menutupi dosanya ketika di malam hari sehingga ia bermalam dalam keadaan ditutupi dosanya, kemudian di pagi hari ia sendiri menyingkap tirai penutup Allah dari dirinya. Zu berkata dan sesungguhnya termasuk dari Hijar (menampak-nampakkan dosa). (Shahih Muslim 2990-52).
Dari rujukan diatas sudah semestinya kita tidak menuliskan status-status beraura “negative” atau status-status yang membuka aib diri sendiri bahkan orang lain. Dikarenakan takut membuat orang lain pertama tidak nyaman, terinspirasi untuk ikut-ikutan melakukan hal buruk, lebih jauh lagi takut menjadi fitnah. Karenanya lebih baik menuliskan sesuatu yang baik, kata-kata penyemangat, atau kutipan-kutipan nasihat lebih jauh lagi hadist-hadist shahih atau ayat-ayat Quran yang mengingatkan.
Ini akan jauh lebih menginspirasi, dan memberikan aura “positif”. Sebagaimana sahabat Umar bin Khattab mengatakan ;"Kebajikan yang ringan adalah menunjukkan muka berseri-seri dan mengucapkan kata-kata yang lemah lembut". Walaupun kita berada di dunia maya dalam artian seakan tidak bertemu secara langsung tetapi tetap saja pada intinya kita bersilaturahim atau berinteraksi dengan sesama pengguna.
Ucapkan salam terhadap sesama muslim sekalipun kita belum mengenalnya. Karena salam adalah bentuk saling mendoakan. Sebagaimana disampaikan oleh Abu Hurairahra, Rasulullah SAW bersabda: “Hak seorang muslim atas muslim yang lain ada enam.” Beliau pun ditanya, “Apa saja, ya Rasulullah?” Jawab beliau, “Jika engkau bertemu dengannya, ucapkan salam kepadanya. Jika dia memanggilmu, penuhi panggilannya. Jika dia meminta nasihat kepadamu, berikan nasihat kepadanya. Jika dia bersin lalu memuji Allah, doakanlah dia. Jika dia sakit, jenguklah dia ;dan jika dia meninggal, iringkanlah jenazahnya.” (HR. Al-Bukhari no. 1240 dan Muslim no. 2162).
Itulah indahnya menebar salam, bahkan jika kita biasakan menebar salam tulus dengan keikhlasan karena Allah maka kita akan saling berkasih sayang dengan sesama. Sebagaimana dinukilkan oleh Abu Hurairahra bahwa Rasul SAW bersabda: “Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan tidak akan sempurna iman kalian hingga kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kalian pada sesuatu yang jika kalian lakukan kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam diantara kalian.” (HR. Muslim no. 54). Al-Imam An-Nawawi menjelaskan, dalam hadits ini terdapat anjuran kuat untuk menyebarkan salam dan menyampaikannya kepada seluruh kaum muslimin, baik yang engkau kenal maupun yang tidak engkau kenal. (Syarh Shahih Muslim, 2/35)
Dan jangan juga kita terjebak menulis status-status yang membangga-banggakan amal saleh atau dengan niat ingin disebut saleh/ah oleh orang-orang, apalagi jika ternyata itu hanya tulisan belaka dan tidak dikerjakan dikarenakan hanya untuk sekedar tujuan popularitas belaka. Sandarkanlah segala tujuan hanya dikarenakan ingin berdakwah atau mengajak dalam kebaikan, saling berbantu dalam kebajikan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah.
Sebagaimana Rasulullah SAW. bersabda: Barang siapa mencari popularitas dengan amal perbuatannya, maka Allah akan menyiarkan aibnya dan barang siapa yang riya dengan amalnya, maka Allah akanmenampakkan riyanya. (Shahih Muslim No.5302)
Kekuatan hati yang tulus tidak terbatas oleh waktu, ruang dan dimensi. Hati yang tulus mestilah terasa oleh kita semua.Walaupun dalam bentuk tulisan status sekalipun. Karenanya kedepankan hati yang bening dalam bersilaturahim dalam setiap kesempatan, sekalipun interaksi dalam jejaring sosial.
Jangan lagi membuat status-status galau, perkataan tidak berguna apalagi membuka aib sendiri, lebih jauh lagi membuka aib orang lain. Perbaikilah mulai dari sekarang, mari kita tampil dengan pribadi yang lebih baik. Pribadi yang tulus, bukan sekedar acting jaga image atau karena kebutuhan pencitraan belaka. Yuk bersegera kita bertobat sama-sama.
“Setiap orang mempunyai keaiban dan tidak ada seorang pun yang terlepas dari melakukan kesalahan. Rasulullah SAW bersabda, “Setiap dari pada kamu adalah orang yang berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah orang yang bertaubat.”( HR Ahmad).
Tidaklah lebih baik dari yang berbicara ataupun yang mendengarkan, karena yang lebih baik di sisi ALLAH adalah yang mengamalkannya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Ustaz Erick Yusuf: pemrakarsa Training iHAQi – Integrated Human Quotient
@erickyusuf