REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Konfrontasi dan ancaman Perang Korea jilid dua belum juga tuntas. Meski pun mulai mereda beberapa hari belakangan, namun kembali Korea Utara memanaskan situasi. Pyongyang nekat meluncurkan peluru kendali (rudal) ke perairan Korea.
Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Korea Selatan mengatakan, aktivitas militer di Pyongyang meningkat sejak Sabtu (18/5) waktu setempat. Peningkatan dimulai ketika tiga rudal berjarak pendek milik rezim sosialis - komunis itu diluncurkan ke arah perairan selatan.
''Analisis militer mengatakan rudal (berjarak) pendek dilepaskan oleh utara,'' kata Juru Bicara Kemenhan Seoul, Kim Min-seok yang dilansir Yonhap, dan dilansir New York Times, Sabtu (18/5).
Data Kemenhan juga mengatakan, aktivitas militer tetap menguat saat Pyongyang menggelar armada militer Sabtu (18/5) sore. Dikatakan rudal anti kapal jenis KN-02 ditembakkan dua kali oleh Pyongyang saat pagi hari. Rudal tersebut menghantam perairan di sebelah timur laut Korea Selatan. Peluncuran satu rudal berlanjut saat menjelang sore di hari yang sama.
KN-02 adalah mutasi teknologi rudal Uni Soviet SS-21 dengan perubahan jarak tempuh mencapai 120 kilo meter. Tidak ditemukan adanya angka kematian dalam peluncuran tersebut.
Namun, peluncuran kembali membuat Pemerintahan di Seoul gusar dan berang. ''Kami tetap waspada dan tetap siap dengan spekulasi dan provokasi serius dari militer di utara (Korut),'' kata Kim melanjutkan.
Kim menambahkan Pemerintahan di Seoul tidak mendapat laporan resmi dari Pyongyang mengenai status peluncuran tersebut. Korut mengancam Korsel dengan peperangan lantaran bersama Amerika Serikat (AS) dalam pemberian sanksi internasional atas aktivitas rudal Korut pada Desember 2012.
Sanksi internasional kembali melebar saat Korut menguji coba rudal berhulu ledak nuklir pada Februari 2013. Ancaman perang, terbuka ketika Pemimpin Tertinggi Korut, Kim Jong-un menyatakan menarik diri dari Gencatan Senjata Perang Korea 1953 silam. Jong-un menyatakan negara dalam keadaan perang di akhir Maret 2013.
Aksi konfrontasi pun mengencang dalam beberapa pekan sejak pernyataan Jong-un. Hal tersebut membuat Semenanjung Korea siap menjadi arena perang antara dua Korut dan Korsel serta AS. Paman Sam bahkan sudah siap dengan mengirimkan kapal perangnya.
Namun perlahan konfrontasi dan ancaman perang dari Korut redup. Situasi di Semenanjung Korea mendadak tenang.
Peluncuran terkahir ini dikatakan akan kembali membakar situasi. Juru Bicara Keamanan Nasional AS, Cailin Hayden mengatakan rezim di Pyongyang hanya akan mengalami kegagalan dalam setiap aksi provokasinya. ''Kami ingin Pemimpin Tertinggi di Pyongyang (Jong-un) mengindahkan seruan Presiden Barack Obama untuk mengambil rujukan damai,'' ujarnya.
Pernyataan serupa juga dikatakan Kemenlu Inggris, ''Kami jelas meminta Korut untuk taat (dengan desakan) internasional,'' ujar pejabat Kemenlu Inggris di London, seperti dilansir Reuters, Ahad (19/5).