REPUBLIKA.CO.ID, BOYOLALO -- Sebanyak 100-an pendaki ke puncak Gunung Merapi melalui Dukuh Plalangan, Lencoh, Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Ahad (20/5).
Mereka datang dari berbagai daerah untuk menaklukkan ketinggian gunung teraktif di dunia yang berada di perbatasan Provinsi Jateng dan Daerah Istimewa Yogyakarta itu.
Para pendaki Merapi setiap hari libur selalu dipadati oleh pencita alam dari berbagai daerah untuk menikmati indahnya pemandangan gunung dan matahari terbit yang dilihat dari puncak Merapi.
Menurut Samsuri, salah satu anggota SAR Barameru Lencoh, jumlah pendaki yang mendaftarkan diri di Posko Plalangan mencapai 150 pendaki. Meskipun jumlah pendaki pada minggu ini mengalami penurun dibanding minggu sebelumnya mencapai sekitar 200 orang, Merapi selalu dikunjungi wisatawan, baik dari lokal maupun asing.
Menyinggung soal berita isu Merapi sempat menyeburkan api beberapa waktu lalu, Samsuri menjelaskan bahwa para pendaki tidak terpengaruh adanya isu tersebut. Mereka tetap asyik melakukan pendakian hingga ke puncak. "Para pendaki banyak yang tahu soal isu itu tetapi mereka aman-aman saja. Mereka banyak yang membantah isu itu," katanya.
Menurut dia, para pendaki melakukan pendakian ke puncak Merapi ada yang sampai ke lokasi dekat kawah, tetapi mereka bilang tidak terjadi apa-apa. Kondisi Merapi saat ini aman bagi pendakian, dan belum ada larangan dari instansi terkait.
"Sejumlah pendaki ada yang mendekati kawah dan melihatnya secara langsung. Namun, mereka mengatakan tidak ada semburan api di puncak Merapi," katanya.
Menurut dia, jika Gunung Merapi ada kejadian yang dianggap aneh, dan warga sekitar yang memiliki kearifan lokal akan tahu perkembangan gunung teraktif tersebut. "Warga sekitar biasanya ada petunjuk atau firasat, seperti peristiwa erupsi Merapi pada tahun 2010. Warga merasakan hal-hal yang aneh sebelum Merapi meletus," katanya.