Senin 20 May 2013 08:21 WIB

16 RS Mundur, Dinkes DKI Akan Evaluasi Program KJS

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Djibril Muhammad
 Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (kiri) didampingi Kepala Dinas Kesehatan DKI Dien Emawati mendengarkan masukan dari masyarakat dalam acara uji publik Kartu Jakarta Sehat (KJS) di Gedung Balaikota, Jakarta Pusat, Rabu (27/3). (Republika/Prayogi)
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (kiri) didampingi Kepala Dinas Kesehatan DKI Dien Emawati mendengarkan masukan dari masyarakat dalam acara uji publik Kartu Jakarta Sehat (KJS) di Gedung Balaikota, Jakarta Pusat, Rabu (27/3). (Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 16 rumah sakit swasta di DKI Jakarta menyatakan mundur dari program Jakarta Sehat milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Mereka beralasan takut rugi karena nilai klaim yang terlalu rendah.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dien Emmawati mengatakan akan melakukan evaluasi terhadap program Kartu Jakarta Sehat (KJS). Tujuannya, agar langkah yang diambil ke-16 RS tersebut tidak diikuti rumah sakit lainnya.

"Kita sudah rapat dengan Kementerian Kesehatan dan secepatnya akan lakukan evaluasi," kata Dien ketika dihubungi Republika, Ahad (19/5).

Menurut dia, mundurnya 16 RS dari program KJS tersebut sedikit banyak akan mengganggu pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin, khususnya di wilayah Jakarta Utara. Sebab, kata dia, dari 16 RS tersebut, delapan di antaranya berada di Jakarta Utara. "Tapi itu semua rumah sakit tipe C (rumah sakit kecil)," katanya menjelaskan.

Meski demikian, Dien melanjutkan, masyarakat tidak perlu khawatir. Sebab, masih ada 76 RS lainnya yang masih melayani pasien dengan KJS. Dien juga menjelaskan, premi untuk KJS saat ini besarnya Rp 23 ribu per orang per bulan.

Dari 4,6 juta penduduk Jakarta, kata Dien, baru sekitar 2 juta orang yang menggunakannya. Namun, menurut Dien, mundurnya rumah sakit tersebut bukan karena premi, melainkan karena persoalan klaim yang dianggap terlalu kecil.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement