REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Elektabilitas Partai Demokrat terus merosot. Hasil survei nasional Center for Strategic and International Studies (CSIS) menunjukkan pergantian tampuk kepemimpinan di partai berlambang bintang mercy itu belum mampu mempertahankan apalagi mendongkrak elektabilitas.
Pada survei CSIS Januari 2012, dukungan terhadap Partai Demokrat sebesar 11,1 persen. Kini, dukungan itu turun menjadi 7,1 persen yang salah satunya disebabkan oleh konflik internal di dalam tubuh partai itu.
Hasil temuan tersebut didapatkan dari wawancara terhadap 1.635 responden di 31 provinsi di Tanah Air, selama 9 - 16 April. Pemilihan responden dilakukan secara acak bertingkat, mulai dari tingkat kelurahan, RT hingga kepala keluarga.
Hasil survei CSIS itu menunjukkan angka kecenderungan dukungan terhadap parpol paling besar diraih oleh Partai Golkar, yang kemudian diikuti oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Demokrat.
Golkar, dengan persentase 13,2 persen, memperlihatkan tingkat dukungan yang solid sehingga mengindikasikan bahwa partai beringin tersebut merupakan "partai parlemen".
"Golkar spesialisasi partai parlemen karena memiliki 'mesin politik' yang solid dengan kemampuan sosialisasi dan penetrasi ke konstituen," peneliti CSIS Philip Jurius Vermonte saat memaparkan hasil survei di Jakarta, Ahad (26/5).
Peringkat jumlah dukungan terbanyak kedua diperoleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sebesar 12,7 persen, yang mengalami kenaikan dibandingkan dengan sejumlah survei CSIS sebelumnya.
Pada Januari 2012, hasil survei menunjukkan persentase dukungan terhadap partai berlambang kepala banteng itu sebesar 7,8 persen, kemudian meningkat menjadi 11,6 persen pada Juli 2012.
"Dukungan terhadap PDIP relatif konstan. Ini menunjukkan bahwa menjadi (partai) oposisi itu tidak berarti mati, justru semakin solid karena harus bertahan bersama-sama," jelasnya.