Kamis 30 May 2013 16:55 WIB

Persaingan Dagang di Balik Kampanye Hitam Produk Sawit Indonesia

   Pekerja memanen tandan buah segar kelapa sawit.  (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Pekerja memanen tandan buah segar kelapa sawit. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Sejumlah asosiasi pelaku bisnis dan instansi pemerintahan di Provinsi Riau menilai 'kampanye hitam' atau negatif oleh LSM lingkungan terhadap industri kehutanan dan kelapa sawit kini makin spesifik, sehingga menguatkan dugaan ada motif persaingan dagang dibaliknya.

"Isu yang dikampanyekan terhadap sawit Riau makin spesifik, bukan hanya isu lingkungan lagi. Misalkan dengan menuding tingkat kolesterol di minyak sawit Indonesia tinggi dan tidak sehat," kata Kepala Seksi Pengembangan Usaha Perkebunan pada Dinas Perkebunan Provinsi Riau, Sri Ambar K di Pekanbaru, Kamis (30/5).

Dalam diskusi 'Menyelamatkan Industri Kehutanan dan Sawit di Pasar Internasional dari Kampanye Hitam' ia mengatakan, kampanye hitam dari LSM lingkungan di pasar internasional itu bisa berimbas buruk pada perdagangan CPO nasional, yang ujungnya juga bakal berimbas ke para petani. Padahal, ia mengatakan di Riau sendiri jumlah kebun sawit petani swadaya mencapai 1,1 juta hektare.

"Kampanye hitam kesannya hanya mencari-cari kesalahan, makin mengada-ada. Jadi timbul pertanyaan, apakah LSM lingkungan itu benar-benar ingin melindungi dunia atau hanya melindungi kepentingan negara asing dan perdagangannya," papar Sri Ambar.

Sekretaris Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) Riau, Rafmen, mengatakan motif dagang dalam kampanye hitam kuat disinyalir akibat kepala sawit menjadi penghasil bahan bakar terbarukan terbesar diantara berbagai minyak nabati untuk setiap hektar lahan. "Penggunaan energi yang berasal dari bahan bakar fosil untuk kegiatan perkebunan kelapa sawit akan digantikan 2,27 kali lipat berupa energi terbarukan. Selain itu gas CO2 yang terlanjur tinggi di atmosfer bumi akibat konsumsi bahan bakar fosil akan diserap dengna adanya perkebunan kelapa sawit," ujarnya.

Sedangkan, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Riau, Viator Butar-butar mengatakan kampanye hitam memang tidak secara langsung harus ditanggapi negatif, melainkan juga sebagai introspeksi dan evaluasi kalangan industri. Meski industri kehutanan dan sawit masih perlu terus pembenahan, lanjutnya, namun kekurangan itu bukan sebuah alasan utama bagi kampanye hitam LSM lingkungan untuk menuding industri sawit dan kehutanan Indonesia tidak ramah lingkungan.

"LSM asing melakukan kampanye hitam baik bidang perkebunan dan kehutanan juga titipan perusahaan asing," kata Viator.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement