REPUBLIKA.CO.ID, PALU---Hamid (45), warga Kota Palu, yang tewas saat bentrok, Selasa (4/6) tidak terlibat dalam konflik itu, melainkan hanya ingin mencari anaknya yang diduga ikut dalam kasus tersebut.
Adi, tetangga korban yang ditemui di Palu, Rabu mengatakan bahwa Hamid saat itu menduga anaknya sedang terlibat bentrok dengan warga desa tetangga sehingga dia berusaha untuk mencari buah hatinya di lokasi bentrok.
Saat mencari anaknya pada Selasa petang (4/6) itulah, kata Adi, sebuah peluru senapan angin mengenai dada kirinya hingga akhirnya PNS yang bertugas di Dinas Kehutanan Kabupaten Donggala itu meregang nyawa. Korban sebelumnya sempat dibawa ke rumah sakit, namun keluarganya meminta jenazah dibawa ke rumah duka di Desa Tangarawa, Kelurahan Pengawu. Desa Tangarawa sendiri berada sekitar 500 meter dari lokasi bentrok itu terjadi.
Korban Hamid yang berusia sekitar 45 tahun akan dimakamkan pada Rabu siang ini di tempat pemakaman umum di Kelurahan Pengawu. Adi mengatakan Hamid adalah pengurus Masjid Nur Hasanah yang tidak pernah terlibat bentrok antarwarga.
Selain seorang tewas, bentrok antarwarga itu menyebabkan belasan orang mengalami cedera terkena anak panah, senapan angin dan lemparan batu. Pada kejadian tersebut, sebanyak sembilan rumah juga dibakar orang tak dikenal. Sementara itu sejumlah rumah mengalami kerusakan karena dilempari batu, sebuah toko juga dijarah oleh massa. Saat ini sebagian warga yang berada di sekitar lokasi bentrok mengungsi ke tempat aman guna menghindari hal-hal tak diinginkan. Mereka masih khawatir, bentrokan itu akan berulang.