Rabu 05 Jun 2013 15:19 WIB

Komunitas Pemulung Tuntut Pembatasan Penggunaan Plastik

Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
  Seorang pemulung mencari sampah
Seorang pemulung mencari sampah

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA - Sejumlah massa yang tergabung dalam Komunitas Pemulung Kreatif Universitas Bhayangkara, Komunitas Nol Sampah, dan Ecoton menggelar aksi menuntut pembatasan pemakaian plastik. Alasannya, lastik merupakan salah satu faktor perusak bumi.

 "Perilaku manusia yang merusak bumi salah satunya pemakaian plastik karena plastik membutuhkan ratusan tahun untuk bisa terurai secara alami di alam," ujar Korlap Aksi, Ruli Mustika, di sela unjuk rasa damai memperingati Hari Lingkungan Hidup se-Dunia di depan Gedung Negara Grahadi di Surabaya, Rabu (5/6).

Ia menerangkan, akibat penguraian plastik yang lama  akan mencemari tanah, sungai dan masuk ke laut. Data dari "Green Peace" setiap tahunnya, terdapat jutaan buota di laut mati karena terjerat atau makan plastik.

 
Dalam aksinya, massa juga membagi-bagikan selebaran serta tas ramah lingkungan sebagai pengganti tas plastik yang sering digunakan untuk keperluan belanja atau membungkus sebuah benda lainnya.
"Fakta sudah sangat jelas, sampah plastik terus meningkat dan berdampak buruk bagi lingkungan serta berbahaya bagi kesehatan manusia. Kami mengimbau kepada warga untuk tidak memakai atau membeli produk-produk yang kemasannya plastik," katanya.
 
Tak hanya itu, pihaknya menuntut Pemkot dan DPRD Surabaya segera mengeluarkan aturan untuk membatasi pemakaian  
tas kresek dan kemasan dari plastik, seperti botol air kemasan. Mereka, juga melarang pemakaian styrofoam serta mendorong setiap produsen bertanggung jawab atas sampah kemasan produknya untuk didaur ulang atau ditarik kembali.
 
Di Indonesia, kata Ruli, secara yuridis dalan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, yang diperkuat dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 sudah ditegaskan bahwa produsen bertanggung jawab dalam kemasannya.
"Pada peraturan tersebut juga dirinci bahwa produsen wajib memakai kemasan yang mudah terurau di alam dan sesedikit mungkin menghasilkan sampah," katanya