REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Harga jengkol di sejumlah pasar tradisional di Purwakarta, Jawa Barat, mencapai Rp 50 ribu per kilogram. Tidak hanya harga yang mahal, pekan ini bahkan jengkol sudah tidak ada dapat ditemukan di pasaran.
"Kalau harganya mahal, barangnya masih ada sih tidak apa-apa. Tapi, ini jengkolnya sudah tidak ada," kata Yayah Rohayah (46 tahun), pedagang warung nasi, asal Kelurahan Nagri Kaler, Kecamatan Purwakarta, Sabtu (8/6).
Ia tak mengetahui kenapa jengkol bisa menghilang dari pasaran. Padahal, biasanya komoditi berbau khas itu selalu ada.
Pedagang jengkol, Didi Rohidi (35), yang biasa berjualan di Pasar Anyar Sukatani, mengatakan sudah sepekan ini jengkol langka. Biasanya, jengkol yang dikirim ke Purwakarta ini, berasal dari Pasar Induk Caringin, Bandung. Namun, saat ini di pasar induk tersebut jengkol sudah tak ada.
"Saat ini sangat sulit mendapatkan jengkol," ujar Didi.
Biasanya, kalau ada dirinya menjual jengkol antara Rp 50-60 ribu per kilogram. Harga tersebut, dua kali lipat dari harga ayam potong. Ayam potong saja harganya Rp 27 ribu per kilogram. Tapi, harga jengkol jauh lebih melejit dibanding daging ayam.
Kabarnya, mahalnya harga jengkol serta kelangkaannya itu disebabkan isu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Akibat isu itu, harga jengkol langsung melejit.
"Normanya, harga jengkol antara Rp 18-20 ribu per kilogram," ungkap Didi.