REPUBLIKA.CO.ID, ADDIS ABABA -- Uni Afrika (AU) telah menyerukan dilakukannya dialog dan kerja sama mengenai masalah penanganan air Sungai Nil.
Nkosazana Dlamini-Zuma, Ketua Komisi AU, telah mengikuti dengan seksama perkembangan paling akhir dalam hubungan antara Mesir dan Ethiopia mengenai masalah Sungai Nil, demikian pengumuman organisasi regional tersebut di dalam satu pernyataan.
Ketika menanggapi pertanyaan mengenai situasi antara Ethiopia dan Mesir, pemimpin AU tersebut mengatakan penting bahwa mesti ada pembahasan mengenai masalah itu dalam konteks baru.
"Saya kira akan penting untuk melakukan pembahasan yang terbuka dan meneliti cara kita dapat mencapai situasi yang saling menguntungkan dalam konteks baru, bukan dalam konteks kekuatan kolonia tapi dalam konteks kebangkitan kembali Afrika dan pan-Afrika. Saya kira jika kita membahas dalam konteks itu, kita tentu bisa menemukan penyelesaian," kata Dlamini-Zuma.
Pernyataan tersebut mengatakan Ketua organisasi pan-Afrika itu memperhatikan dengan keprihatinan ketegangan akibat sebagian pernyataan terbuka yang dikeluarkan belum lama ini mengenai masalah tersebut.
"Ketua Komisi sangat percaya bahwa semua negara Lembah Nil, termasuk anggota komite tiga-pihak --Mesir, Ethiopia dan Sudan-- dapat bekerjasama secara kolektif. Mereka telah melakukan itu pada masa lalu, guna menyelesaikan masalah tersebut dan menyepakati pengaturan penanganan air lintas-perbatasan," kata pernyataan itu, sebagaimana dikutip Xinhua.
Menurut pernyataan tersebut, Dlamini-Zuma mengingatkan mengenai prinsip yang termaktub di dalam Akta Konstitutif AU dan perangkat lain yang terkait, yang menetapkan semua negara anggota menegakkan semangat kerja sama, dialog dan hubungan bertetangga yang baik, serta menyelesaikan sengketa secara eksklusif melalui cara damai.
Ia menyampai kesediaan Komisi AU untuk memberi semua bantuan yang sesuai guna mengatasi tantangan yang ada di depan mata dan membina kerja sama serta saling pengertian timbal-balik.
Selama taklimat, Ketua AU tersebut berkata, "Kami kira mungkin untuk melakukan pembahasan dan mencapai kesepakatan yang takkan merugikan pihak mana pun sebab kedua negara memerlukan air; kedua negara perlu memanfaatkan Sungai Nil."