REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN--Presiden terpilih Hassan Rowhani, Senin (17/6), mengharapkan Iran dapat mencapai persetujuan baru dengan kekuatan-kekuatan internasional mengenai program nuklirnya. Ia juga mengatakan satu perjanjian hendaknya dicapai melalui transparansi dan saling percaya.
Rowhani, ulama moderat yang dinyatakan sebagai pemenang dalam pemilihan presiden Iran pada Sabtu mengakhiri pemerintahan konservatif selama delapan tahun. Meski demikian ia menyebutkan sanksi-sanksi terhadap Iran terkait isu nuklir itu tidak adil dan tak dapat dibenarkan.
Kemenangan tokoh berusia 64 tahun itu meningkatkan harapan-harapan terhada perubahan hubungan yang renggang antara Iran dan negara-negara Barat. Hanya saja dia menggunakan jumpa pers pertamanya pada Senin untuk menepis akan ada penghentian pengayaan uranium yang menimbulkan kontroversi.
"Periode ini sudah berakhir," kata Rowhani, merujuk pada tuntutan internasional bagi penghentian program pengayaan uranium Iran.
Ada banyak jalan membangun kepercayaan dengan Barat, katanya, karena Iran akan lebih transparan menunjukkan bahwa aktivitasnya sesuai dengan kerangka kerja peraturan-peraturan internasional.
Rowhani sebelumnya bertekad memulihkan hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat, yang memutuskan hubungan setelah penguasaan Kedutaan Besar AS oleh para mahasiswa tahun 1979.
Kemenangannya dibantu oleh kubu reformis dan hasil pemilihan Jumat disambut baik oleh ribuan orang yang turun ke jalan-jalan.