REPUBLIKA.CO.ID, MANAMA -- Data industri terbaru dari perusahaan audit terbesar dunia, Deloitte memperkirakan bisnis asuransi syariah global akan mencapai 20 miliar dolar AS pada 2017. Pasar di negara-negara Teluk memberikan kontribusi lebih dari 62 persen dari premi bruto asuransi syariah global.
Arab Saudi memimpin dan mempertahankan pangsa terbesar dari kontribusi, berkembang 17 persen menjadi 5,7 miliar selama 2010. Laporan Deloitte menyebutkan asuransi syariah memerlukan kerangka regulasi yang konsisten dan mengoptimalkan kecukupan modal melalui konsolidasi. Hal ini bertujuan mencapai pertumbuhan dan struktur korporasi yang sehat.
Direktur Pusat Pengetahuan Keuangan Syariah Deloitte Timur Tengah, Hatim El Tahir mengatakan fokus pemerintah, tanggung jawab fidusia, manajemen risiko dan akuntabilitas merupakan konsekuensi langsung dari krisis keuangan global. "Praktik asuransi syariah kemungkinan akan hadir dengan masalah regulasi yang menantang dalam lima tahun ke depan," ujarnya seperti dikutip dari CPI Financial, Selasa (18/6).
Ada beberapa disiplin yang harus dipatuhi industri asuransi syariah, diantaranya perencanaan strategis, kebutuhan model bisnis baru untuk mengakomodasi peluang pasar yang lebih luas dan peningkatan kemampuan teknologi untuk mencapai efisiensi biaya dan produktivitas, meningkatkan tata kelola produk dan proses pengembangan produk, peningkatan kapasitas bakat dan kepemimpinan pembangunan serta penekanan pengembangan internal untuk membangun pengetahuan khusus dan memusatkan pelatihan berbasis kompetensi dan program.
Laporan Deloitte menunjukkan kunci memaksimalkan potensi industri terletak dalam mengatasi tantangan dan masalah yakni mencapai pasar massal dan mencapai pertumbuhan dan pengembangan organik. Tak hanya itu, perlu komitmen dan dukungan dewan eksekutif perusahaan asuransi syariah untuk meningkatkan tata kelola dan proses kontrol manajemen risiko. Deloitte berpendapat dukungan pengawasan dewan merupakan pendorong utama pelaksanaan bisnis berbasis risiko di sektor asuransi syariah