REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri mengganggap aneh penolakan dan kemarahan publik yang muncul akibat rencana pemerintah memberikan kompensasi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) melalui program bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM).
"Dengan harga BBM Rp 4.500 pemerintah memberikan Rp 150 ribu per hari kepada orang mampu yang punya mobil, kemudian memberikan Rp 150 ribu per bulan untuk orang miskin kok marah?," kata Chatib Basri usai rapat koordinasi perekonomian di Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (20/6).
Chatib mengatakan harga BBM di tingkat internasional saat ini mencapai Rp 9.500. Apabila harga BBM di dalam negeri Rp 4.500, berarti ada selisih yang diberikan pemerintah berupa subsidi sebesar Rp 5.000.
Apabila dalam sehari mobil mengonsumsi BBM bersubsidi sebanyak 20 liter hingga 30 liter, berarti dalam sehari pemerintah memberikan Rp 150 ribu kepada orang kaya pemilik mobil. Karena itu, dia mengganggap aneh apabila saat ini ada pihak yang menolak pemerintah memberikan bantuan kepada orang tidak mampu. "Jadi bagaimana rasa keadilan?" tanyanya.
Sementara Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Radjasa yang ditemui usai rapat koordinasi itu belum bersedia menjawab saat ditanya kapan harga BBM akan resmi dinaikkan. "Tunggu saja. Tunggu saja," ujarnya.
Kompensasi kenaikan harga BBM dialokasikan untuk melindungi rakyat tidak mampu akibat gejolak ekonomi yang mungkin terjadi akibat kenaikan harga BBM. Kompensasi yang diberikan pemerintah adalah beras miskin (raskin), program keluarga harapan (PKH), beasiswa siswa miskin (BSM) dan BLSM sebesar Rp 150 ribu per kepala keluarga (KK) per bulan selama empat bulan.