REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Soekarwo menjamin keamanan, pendidikan hingga pekerjaan warga Syiah asal Kabupaten Sampang, Madura, yang kini direlokasi ke Rumah Susun Puspa Agro Taman, Sidoarjo.
"Kami dari Pemprov Jatim melihat dari sisi kemanusiaan agar pengungsi dapat hidup layaknya orang normal," ujarnya kepada wartawan di Surabaya, Jumat.
Gubernur yang akrab disapa Pakde Karwo tersebut juga menjelaskan bahwa Pemprov ingin memfasilitasi pengungsi yang ingin hidup dengan kondisi keluarga seperti pada umumnya. Bahkan, urusan kebutuhan rohani yang dialami pengungsi di GOR Sampang selama ini dinilainya sangat memprihatinkan.
"Bayangkan warga akan masuk ke kamar cinta yang hanya ada satu, namun mereka harus duduk antre satu persatu. Kasihan kalau seperti itu terus," katanya.
Dari sisi keamanan, pihaknya mengaku sudah melakukan koordinasi dengan Polsek setempat. Apalagi lokasi rusun yang terletak di dalam kompleks Pasar Induk Puspa Agro cukup jauh dari pemukiman penduduk.
"Mereka tidak berbaur dengan masyarakat sekitar, apalagi mulai dari Sampang sampai menuju Rusun Puspa Agro. Kami juga sudah berkoordinasi dengan Pangdam V/Brawijaya dan Kapolda Jatim. Sehingga, soal keamanan terjamin," katanya.
Disinggung sampai kapan warga Syiah Sampang ini menempati rusun, mantan Sekdaprov Jatim tersebut belum bisa memastikan. Pihaknya juga mengaku mengusahakan agar pengungsi bisa hidup mandiri.
"Jangan diasumsikan mereka itu betah atau tidak, tapi ini merupakan langkah yang paling mungkin dari kondisi ketidakmungkinan seperti sekarang," kata Pakde Karwo.
Sementara itu, Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf menambahkan para warga Syiah di Rusun Puspa Agro diberi kesempatan untuk memilih tetap tinggal atau akan pindah mencari lokasi lain. Pihaknya juga menegaskan tidak pernah memaksa warga pindah ke rusun, apalagi disebut mengusir dan mengangkutnya menggunakan truk.
"Buktinya, mereka kami menyediakan bus hingga ke Puspa Agro. Istilah relokasi juga jangan disalahartikan pemindahan paksa, apalagi sampai mengusirnya. Di rusun, mereka tinggal sampai kapan saja. Apalagi kondisinya lebih bagus daripada tetap di GOR atau pengungsian. Kasihan anak-anak dan orang tua," katanya.