REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Langit Kota Pekanbaru masih diselimuti asap pekat akibat kebakaran lahan dan hutan.
Di beberapa daerah, asap menyebabkan jarak pandang menurun hingga 100 smapai 200 meter pada Selasa (25/6) pagi sekitar pukul 07.00 WIB.
Pengguna kendaraan harus mengurangi kecepatan kendaraan karena jarak pandang sangat terbatas. Sedangkan kondisi udara berdasarkan pantauan alat ISPU di sejumlah titik di Pekanbaru menunjukan tanda 'tidak sehat'.
Sebagian besar warga kini menggunakan masker saat beraktivitas di luar ruangan untuk mengurangi paparan langsung dari asap yang bisa mengganggu kesehatan. "Padahal, pada malam hari kemarin udara sudah terasa lebih segar dan banyak angin. Tapi sayangnya asap turun lagi pada pagi hari ini," kata seorang warga Pekanbaru, Riana Handayani (30).
Ia mengatakan, pekatnya asap kebakaran sudah mengganggu kenyamanan sampai ke dalam rumah. Akibatnya, ia harus menutup ventilasi udara di rumah dengan lapisan koran yang rangkap ganda supaya lebih tebal. "Saya sampai harus pakai masker ketika tidur," katanya.
Seorang warga lainnya mengaku sangat mengkhawatirkan anak-anak yang mudah terserang penyakit saluran pernafasan akibat asap pekat ini. Chaidir (41), yang juga warga Pekanbaru, mengatakan ia terpaksa memaksa anak-anaknya untuk memakai masker ketika bermain ke luar rumah.
"Anak-anak di perumahan saya, setiap malam main petak umpet semuanya pakai masker. Karena tidak mungkin juga kita melarang terus anak-anak bermain di luar rumah, apalagi sekarang liburan sekolah," katanya.
Pemerintah Indonesia menetapkan status Tanggap Darurat Asap di Riau sejak Jumat (21/6) akibat kebakaran lahan dan hutan kian parah. Asap sisa kebakaran juga terbawa angin hingga negera tetangga seperti Singapura dan Malaysia dalam beberapa hari terakhir.
Sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Jakarta, Senin (24/6) menyatakan semua pihak harus menghentikan aktivitas pembakaran yang berpotensi mengakibatkan kebakaran lahan dan hutan.
Presiden juga meminta agar upaya pemadaman kebakaran lahan dan hutan di Riau terus dilakukan dengan koordinasi penuh melibatkan semua pemangku kebijakan. Selain itu, Presiden juga menyatakan permintaan maaf kepada pemerintah Singapura dan Malaysia jika kejadian terkirimnya asap bukan sebuah kesengajaan.