REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Friska Yolandha/Wartawan Republika
Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk terbesar di dunia. Dengan posisinya yang berada di dua samudera dan jalur pegunungan api, Indonesia memiliki potensi risiko bencana yang cukup tinggi. Ditambah lagi pertumbuhan ekonomi yang meningkatkan aktivitas perjalanan masyarakat, risiko individu semakin tinggi.
Sayangnya meskipun Indonesia menyimpan begitu banyak risiko, masih sedikit masyarakatnya yang menyadari hal tersebut dan mengasuransikan dirinya. Hal ini terbukti dengan masih kecilnya penetrasi pasar asuransi di Indonesia, yaitu hanya dua persen dari produk domestik bruto (PDB).
Itupun yang dua persen, sebagian besar merupakan masyarakat kelas menengah. Masih banyak masyarakat yang berpikir asuransi merupakan produk kelas menengah. Padahal risiko setiap individu sama.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai pemegang regulasi mendorong industri untuk membuat jalur khusus asuransi yang dapat menarik lebih banyak masyarakat untuk berasuransi. Jalur tersebut adalah asuransi mikro.
Asuransi mikro diharapkan menjadi jawaban bagi masyarakat low income untuk memperoleh jaminan atas risiko. "Asuransi mikro haruslah produk yang sederhana dengan kemudahan klaim," ujar Dewan Komisioner OJK bidang Industri Keuangan Non Bank (IKNB) Firdaus Djaelani, belum lama ini.
Saat ini sudah ada beberapa perusahaan asuransi yang memiliki produk tersebut. Tujuannya tidak lain adalah untuk meningkatkan penetrasi pasar di Indonesia.
Allianz Indonesia merupakan salah satu yang mendorong produk mikro. Perusahaan yang berinduk di Jerman ini sudah memiliki beberapa produk mikro yang menawarkan premi rendah. Corporate Communication Allianz Indonesia Kiswati Soeryoko mengatakan permintaannya cukup tinggi dari tahun ke tahun.
"Produk asuransi mikro yang ada saat ini masih didominasi oleh asuransi jiwa kredit yang melekat pada produk pinjaman dari lembaga keuangan baik bank maupun non bank," kata Kiswati.
Hingga akhir 2012 pendapatan premi bruto produk mikro Allianz mencapai Rp 63,12 miliar atau tumbuh 40 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya. Total klaim asuransi mikro sebesar Rp 3,36 miliar. Di akhir tahun Allianz menargetkan premi bruto produk mikro sebesar Rp 105 miliar.
Allianz mendistribusikan asuransi mikro melalui Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dan perbankan. Sampai saat ini Allianz sudah bekerja sama dengan 83 lembaga keuangan untuk menyebarluaskan produk mikro. Di akhir 2013 diharapkan Allianz bisa bekerja sama dengan 120 lembaga keuangan bank dan non bank.
Lembaga keuangan bukan satu-satunya channel distribusi asuransi mikro. Allianz melihat channel distribusi lainnya seperti kantor pos, retailer dan provider seluler.
Sebagai salah satu perusahaan asuransi di Indonesia, Allianz Indonesia mendukung rencana pengembangan asuransi mikro oleh OJK. Di banyak negara seperti India, kata Kiswati, perkembangan asuransi mikro tidak terlepas dari peranan regulator. OJK memiliki dua peran penting, yaitu pengawasan dan sosialisasi.
Rencana OJK merancang cetak biru asuransi mikro harus bersifat komprehensif. "Bukan sekadar melihat dari pengembangan produk dan distribusi saja, tetapi juga bagaimana menumbuhkan budaya asuransi pada masyarakat," kata perempuan berhijab yang juga menjabat sebagai Head of Syariah di Allianz Indonesia ini.
Edukasi pasar perlu dilakukan untuk mendorong peningkatan pangsa pasar asuransi. Jika perlu, dapat dibuat sebuah produk asuransi bersama seperti produk tabunganku keluaran Bank Indonesia (BI). Selain itu seluruh perusahaan asuransi harus didorong melakukan aktivitas yang terkait dengan financial literacy untuk meningkatkan kesadaran berasuransi.
Sebelumnya pengamat asuransi Angger P Yuwono mengungkapkan kesadaran berasuransi tidak lepas dari kesadaran masyarakat akan perbankan.
"Masyarakat akan insurable jika sudah bankable," kata dia.