Kamis 04 Jul 2013 22:32 WIB

Ikhwanul Muslimin Klaim Jadi Korban Fitnah

Rep: Bambang Noroyono / Red: Citra Listya Rini
Para pengunjuk rasa menyerang dan merusak markas Ikhwanul Muslimin di distrik Muqatam di Kairo, Senin (1/7).       (AP/Khalil Hamra)
Para pengunjuk rasa menyerang dan merusak markas Ikhwanul Muslimin di distrik Muqatam di Kairo, Senin (1/7). (AP/Khalil Hamra)

REPUBLIKA.CO.ID, Anggota Biro Eksekutif Partai Kebebasan dan Keadilan (FJP) Mohamed Beltagy memberikan tanggapannya di laman resmi Ikhwanul Muslimin, Ikhwanweb, Kamis (4/7). FJP adalah partai bentukan Ikhwanul Muslimin dan pengusung mantan Presiden Muhammad Mursi pada Pemilu 2012.

Bagaimana reaksi FJP terkait deklarasi penggulingan Presiden Mursi? "Allah akan menjadi saksi saya. Sejarah akan mencatat bahwa kami tidak pernah menyerang siapa pun. Kami adalah korban," kata Beeltagy dalam tulisannya. 

Menurutnya, Ikhwanul Muslimin diserang beramai-ramai dari berbagai cara dan setiap saat (oleh kelompok penentang). Merekalah yang merampok, menjarah rumah-rumah kami, dan menyerbu rumah kami (Markas Ikhwanul Muslimin di Kairo). 

"Kami benar-benar menjadi target penghancuran dan fitnah yang kotor. Mengapa Presiden Mursi dan Ikhwanul Muslimin menolak seruan militer untuk menghasilkan konsensus politik, dan berbagi kekuasaan dengan kelompok oposisi?," tanya Beltagy. 

Ikhwanul Muslimin tidak pernah ngotot untuk menguasai pemerintahan. Presiden Mursi berkali-kali mengundang oposisi untuk berdialog. Tapi, apa yang mereka lakukan? 

Kami meminta semua elemen (oposisi dan militer) menemukan solusi dalam krisis ini. Namun, mereka berkeras untuk mempercepat pemilihan presiden. Kami dipilih lewat pemilihan yang demokrastis. Jika mereka berkehendak, selesaikan dengan cara-cara demokrasi.

"Aku bersaksi demi Allah, bahwa kami (Ikhwanul Muslimin) tidak pernah mengambil posisi ini tanpa ada persetujuan dari rakyat. Kami memenangkan pemilihan tidak dengan cara-cara yang mereka lakukan. Bagaimana peran militer yang ''membelot''? Ini adalah inskontitusional," Beltagy menegaskan. 

Ikhwanul Muslimin tidak pernah melakukan ketidakadilan. Kepemimpinan yang didapat (oleh Mursi) juga bukan dari merampok dan kudeta. Tapi, kudeta terhadap kami terjadi. Penunjukkan yang inskonstitusional.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement