REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Universitas Indonesia (UI), Boni Hargens menilai konvensi calon presiden yang dilakukan Partai Demokrat sebenarnya hanya alat kampanye untuk menaikkan citra saja.
Meski pun ketua umum Susilo Bambang Yudhono (SBY) mengumumkan tujuh pokok aturan konvensi, itu tetap saja alat kampanye. Makanya, jelas dia, dengan konvensi ini, diharapkan masyarakat memberikan pandangan positif terhadap Demokrat.
"Konvensi juga merupakan mekanisme dari Cikeas untuk menjustifikasi calon presiden yang dikehendaki oleh dinasti Cikeas. Ini hanya akal-akalan untuk terlihat mekanisme menjadi kelihatan demokratis," terang Boni, Selasa (9/7).
Capres, ujar Boni, bisa saja Mendag Gita Wirjawan. Namun bisa juga Pramono Edhi, adik Ani Yudhoyono. "Nanti mereka akan mengangkat siapa tergantung siapa yang lebih diterima pasar," ujarnya.