REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Kekerasan di Irak meningkat dan dapat mengarah ke perang saudara, kata kepala dinas hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan, kemarin.
"Irak betu-betul di persimpangan jalan. Saya tidak mau mengatakan kami belum berada di perang saudara, namun angka tidak terlihat baik," kata Francesco Motta kepada AFP, seperti dilansir, Kamis (11/7).
"Kebuntuan politik di negeri itu, kekurangan visi nasional banyak politisi, pengaruh luar dari kawasan tersebut, Suriah dan pemain lain, mengakibatkan kegoyahan," katanya.
Gelombang serangan sejak awal Juli menewaskan lebih dari 190 orang dan mencederai lebih dari 400 lagi, kata angka AFP berdasarkan atas sumber keamanan dan kesehatan. "Pendalaman perpecahan aliran di negara itu dengan cara lebih berbahaya daripada tahun 2007, ketika pembunuhan balas dendam menjadi begitu buruk, sehingga pemerintah pun tidak menghitung yang tewas," kata Motta.
Gelombang pasukan tambahan Amerika Serikat digabungkan dengan suku Arab Sunni melawan Alqaidah mendorong kekerasan tersebut. Tingkat kekerasan mencapai tingkat terendah pada 2011, dengan 2.771 orang tewas, berdasar perhitungan PBB.