REPUBLIKA.CO.ID, BIHAR -- Ribuan muslim di Bihar, India Utara kelaparan saat menjalankan puasa Ramadan. Wilayah dekat dengan perbatasan Bangladesh dan Nepal itu babak belur dihantam banjir bandang sepekan lalu. Hingga sekarang belum ada satu pun bantuan pemerintah, apalagi internasional.
Seorang warga di pengungsian, Feroz Ahmad, mengatakan Ramadan kali ini adalah terberat. Muslim India harus menjalankan puasa sembari meratapi harta benda yang terbawa lumpur dan bah. Persoalan lainnya adalah tempat tinggal dan asupan makanan.
Kata dia, sejak puasa hari pertama, bahan pangan yang tersisa cuma beras dan gula merah. Sadar dengan banyaknya mulut saat hendak berbuka puasa, membuat warga putar otak. Warga membuat beras itu menjadi hancur dengan ditumbuk. Itu dilakukan agar beras menjadi lebih banyak dan gula merah sebagai perasa.
Ahmad mengatakan, makanan itu dinamakan warga sebagai chura-gur. "Kita hanya makan makanan seperti itu saat berbuka puasa dan sahur," ujarnya kepada televisi lokal dan dilansir Gulf Today, Selasa (16/7).
Jangan tanya kondisi lain. Air minum pun sudah mengkhawatirkan. NDTV News malansir, sekira sejuta orang keluar rumah menyelamatkan diri setelah air bah menghantam wilayah utara India, Kamis (11/7). Tujuh orang sudah dinyatakan tewas dan ratusan desa di Purnea, Kishanganj, Araria, Katihar serta Muzaffarpur porak-poranda.
Di wilayah itu, kebanyakan adalah warga Muslim India. Air bah menghantam pemukiman mereka di hari pertama Ramadan. Muslim India berpuasa lebih lama sehari dari umat di belahan lainnya. Kondisi ekstrim di wilayah pegunungan itu membuat Ramadhan datang terlambat.
Seorang pengungsi lainnya, Manzar Alam mengatakan, cuaca mendung masih menyelimuti wilayah tinggalnya. "Di sini sulit berpuasa. Kami tidak tahu kapan matahari terbenam dan kapan waktu Tabir Sehri (makan sahur dan subuh tiba)," kata dia.