Rabu 17 Jul 2013 15:48 WIB

Rusunawa Menteng Alokasikan 10 Hunian Bagi Korban Bencana

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Djibril Muhammad
Proyek rumah susun sederhana sewa/rusunawa (ilustrasi)
Proyek rumah susun sederhana sewa/rusunawa (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Pengelola Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Menteng Asri, Bogor, menyediakan 10 unit hunian untuk korban bencana. Umumnya korban ditempatkan di blok A dan B.

"Instruksi ini diberikan langsung oleh Wali Kota Bogor," kata Kepala Rusunawa, Agus Gunawan.

Agus tidak menampik adanya keengganan warga yang direlokasi dari wilayah bencana untuk tinggal di rusunawa. Menurut dia, keengganan timbul karena adanya perubahan pola hidup dari permukiman lama ke hunian baru.

"Biasanya aktivitas mandi cuci kakus (MCK) warga dilakukan di sungai. Saat pindah ke sini, mereka harus menyesuaikan dengan fasilitas kamar mandi yang ada," ujar Agus.

Selain itu, menurut Agus, adanya pola pikir hunian gratis juga menghalangi korban bencana untuk tinggal di hunian bersusun vertikal itu. "Bagi korban bencana, kami akan ajukan pembebasan biaya kepada pemerintah kota selama satu tahun," ungkap kepala rusun yang meraih Penghargaan Adipura Kelas I tahun 2010-2011 itu.

Biaya sewa yang dikeluarkan penghuni rusun bervariasi tiap lantainya. Sewa lantai dasar Rp 250 ribu per bulan dan lantai empat Rp 175 ribu per bulan. Tarif akan berkurang sebesar Rp 25 ribu untuk tiap lantai di atasnya. Biaya itu sudah mencakup listrik dan air.

Agus juga menuturkan, rusunawa pada dasarnya diperuntukan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Kepala 320 unit rusun itu menungkapkan hunian diprioritaskan bagi warga Bogor berpenghasilan kurang dari Rp 3 juta.

Terdapat empat blok (gedung) di Rusunawa Menteng Asri. Setiap blok berisi 80 unit. Satu unit rusun tipe 27 itu hanya boleh diisi empat jiwa. "Kami melakukan evaluasi setiap 6 bulan sekali. Warga yang kesejahteraannya membaik kami sarankan untuk menyewa rumah," ungkap Agus.

Hanya saja, masih ada warga yang merasa betah tinggal di rusun saat kesejahteraannya membaik. Untuk penghuni seperti itu, pengelola rusun memberi tenggat enam bulan. Setelah itu, penghuni harus pindah.

Salah satu korban longsor di wilayah Bogor, Dian, mengaku betah tinggal di rusunawa selama 18 bulan ini. Ibu yang kehilangan dua anaknya saat musibah itu masih mendapat pembebasan biaya selama tiga tahun.

"Relokasi berlangsung cepat. Jika bukan karena masih tahlilan dua anak saya selama tujuh hari, saya pasti pindah segera," ungkap warga gang Teksas, Pasar Anyar, Bogor Tengah itu.

Pengelola rusun yang komunikatif terhadap warga. Dian mengaku, penanganan padan listrik atau air juga ditangani dengan cepat. Jikapun petugas perbaikan belum juga datang, pengelola dengan terbuka menginformasikan dan menenangkan warga.

"Mungkin karena melihat rusun yang kumuh di televisi, warga jadi tidak mau tinggal di rusun," kata Dian.

Hunian dengan satu kamar tidur, satu kamar mandi, ruang tamu, dan dapur itu Dian anggap cukup untuk menaungi ia, suami, dan putranya yang berusia 6 bulan.

Sama seperti rusun kebanyakan, susunawa Menteng Asri terdiri atas unit-unit hunian yang tersusun vertikal. Terletak di tengah komplek perumahan Bumi Menteng Asri, rusunawa itu memiliki area terbuka yang cukup luas.

Dinding-dinding tangga nampak ramai berisi coretan anak-anak. Namun, tidak terlihat sampah berceceran di lorong-lorong hunian. Terdapat dua lapangan dan sebuah taman bermain anak di area belakang rusun. Hampir semua unit di blok A, B, dan C terlihat telah dihuni. Sementara blok D, masih menyisakan beberapa unit kosong karena baru dibuka awal Juli lalu.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement