REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sekitar 80 persen terowongan yang digunakan untuk menyelundupkan barang dan senjata dari Mesir menuju Jalur Gaza tidak lagi berfungsi karena ditutup oleh pihak militer Mesir setelah peristiwa penggulingan Presiden Muhammad Mursi.
Pernyataan tersebut diungkapkan oleh utusan perdamaian PBB untuk Timur Tengah, Robert Serry, saat bertemu dengan Dewan Keamanan pada Selasa.
Serry mengatakan bahwa akibat penutupan terowongan-terowongan, Jalur Gaza saat ini mengalami kekurangan bahan bakar dan bahan dasar bangunan yang serius.
"Terowongan tersebut adalah jalur utama perdaganan masyarakat Jalur Gaza karena adanya larangan impor melalui jalur resmi," kata Serry.
Pihak militer Kairo memutuskan untuk menutup terowongan-terowongan yang lokasinya tersembunyi tersebut. Mereka melakukannya setelah kelompok militan di Sinai membunuh 16 tentara Mesir satu tahun yang lalu.
Mesir mengatakan bahwa beberapa orang bersenjata diselundupkan ke Sinai dari daerah dekat Gaza. Tuduhan tersebut dibantah oleh Hamas.
"Sebagai hasil dari percarian lokasi terowongan tersembunyi yang ilegal tersebut, sekitar 80 persen dari terowongan-terowongan yang ada kini tidak lagi berfungsi," kata Serry.