CANBERRA -- Pengadilan koroner Australia Barat menemukan tragedi tenggelamnya kapal yang mengakibatkan lebih dari 100 pencari suaka tewas adalah sebuah kecelakaan tapi yang bisa dilakukan oleh otoritas Australia dan Indonesia adalah mencegah peristiwa tersebut terjadi.
Kapal nahas itu mengangkut lebih dari 200 orang saat terbalik sekitar 200 kilometer dari perairan sebelah selatan Indoensia pada Juni tahun lalu. Penyidik pengadilan koroner, Alistair Hope melakukan penyelidikan apakah tindakan yang cepat dari kedua negara bisa mencegah peristiwa itu.
Hope hari ini mengungkapkan bahwa komunikasi antara otoritas Indonesia dan Australia tidak memadai, menyusul pengambil alihan upaya pencarian oleh otoritas Indonesia. Dia juga mengatakan ada kontribusi dari pencari suaka atas kematian pencari suaka dengan menyebut tindakan pencari suaka tidak berperasaan.
Selama penyelidikan, badan SAR Australia AMSA menolak sebuah pendapat yang menyebut mereka tidak merespon panggilan darurat. Sebuah laporan yang disampaikan oleh sejumlah badan termasuk dari Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan Australia diajukan pada pemeriksaan yang merujuk sejumlah tindakan yang bisa dilakukan AMSA untuk mencegah kecelakaan.
Laporan itu menyebut AMSA bisa menyiarkan panggilan darurat dari kapal nahas tersebut kepada kapal kapal yang berada disekitarnya untuk melakukan pertolongan.
Mendengarkan panggilan darurat buat AMSA
Para penumpang di kapal melakukan panggilan puluhan kali ke kantor pusat koordinasi AMSA dengan mengatakan bahwa mereka membutuhkan bantuan, namun operator berkeras mengatakan mereka hanya mendengar suara gemerisik angin. Panggilan itulah yang diputar dalam upaya penyelidikan.
"Saya tidak bisa mendengar anda, anda harus keluar dari angin, Anda harus menjauhi angin," kata operator.
Pusat koordinasi menyarankan agar kapal segera putar haluan dan menyerahkan tanggung jawab pada otoritas SAR Indonesia. Dalam interogasi, pejabat AMSA Alan Lloyd membantah klaim institusinya tidak merespon secara memadai ketika menerima panggilan darurat.
Dia menyatakan keraguan kepada pengadilan keaslian dari suara rekaman itu. "Kami harus yakin bahwa kapal berada dalam bahaya sebelum kami mengeluarkan siaran darurat," bantahnya.
Llyod dalam penyelidikan juga menyampaikan AMSA selalu merespons panggilan darurat dari pencari suaka secara serius dan instansinya mengatasi 8000 kecelakaan dalam setahun dan 99 persen diantara berhasil ditangani.
Keterangan dari korban selamat
Australia akhirnya mengambil alih misi penyelamatan saat sebuah pesawat Australia melihat perahu terbalik.Upaya penyelamatah itu dilakukan setelah lebih dari 30 jam panggilan darurat disiarkan.
Korban selamat dari Pakistan membeberkan bukti saat saat dimana perahu mulai limbung karena air memenuhi lambung kapal dan akhirnya terbalik. Pria korban selamat yang menyampaikannya melalui sebuah jaringan video Melbourne menyampaikan dek kapal penuh sesak dengan penumpang.
Seseorang berteriak kepadanya bahwa kapal telah dipenuhi air dan tiba tiba dia tercebur ke laut serta mendengar suara jeritan orang menangis berteriak “Allah” dan “Ibu”.
Dia mengaku sangat sulit untuk melupakan kejadian itu.