Senin 12 Aug 2013 12:41 WIB

Stasiun Pasar Senen Masih Dipadati Pemudik

 Penumpang turun dari kereta api Fajar Utama Yogya yang baru tiba di Stasiun Senen, Sabtu (10/8).  (Republika/Rakhmawaty La'lang)
Penumpang turun dari kereta api Fajar Utama Yogya yang baru tiba di Stasiun Senen, Sabtu (10/8). (Republika/Rakhmawaty La'lang)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memasuki pekan pertama setelah libur Lebaran, Stasiun Pasar Senen masih saja dipadati pemudik.

Para pemudik mengaku terpaksa mudik meski Lebaran sudah lewat karena tidak kebagian tiket pada hari-hari menjelang Idul Fitri. "Sebelum puasa saya sudah beli tapi ternyata tidak kebagian tiket untuk KA Bengawan, jadi terpaksa hari ini baru mudik," kata Agus Wahyudin (36) pemudik jurusan Klaten.

Agus dan istrinya Titik memilih mudik menggunakan kereta api karena dinilai lebih nyaman. Sementara keluarga pemudik lain, Sumari (40) juga mengatakan tidak kebagian tiket meski sudah memesan seminggu sebelum Lebaran.

"Saya naik kereta karena si bungsu suka naik kereta, juga lebih nyaman jadi biar Lebaran sudah lewat asal anak-anak seneng ya tidak apa-apa," kata Sumari yang akan mudik ke Solo bersama istri dan kedua anaknya.

Selain itu, pelayanan kereta api saat ini dinilai sangat baik sehingga pemudik seperti Sumari tetap setia mudik dengan kereta meski tidak bisa melewatkan Lebaran bersama keluarga di kampung halaman.

"Dulu naik kereta api ekonomi desak-desakan, tidak bisa bawa anak-anak, tapi sekarang satu bangku hanya boleh ditempati satu orang jadi nyaman dan tidak perlu ada yang sampai tidur di toilet atau gang-gang," kata Sumari.

Sumari dan keluarga yang mudik menggunakan KA Krakatau baru akan kembali ke Jakarta tanggal 19 Agustus saat anak-anaknya mulai sekolah.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement