Selasa 13 Aug 2013 18:39 WIB

Perempuan di Balik Bendera

Rep: Mg06/ Red: A.Syalaby Ichsan
Penjual Bendera
Foto: Antara
Penjual Bendera

REPUBLIKA.CO.ID, Usai hujan deras kemarin sore, sinar mentari hari ini yang menyiram daratan di kawasan Jalan Kartini, Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat tidak lagi meninggalkan sisa.

Sukesih (50 tahun) berlindung dari terik matahari di balik kibar bendera merah putih. Perempuan asal Cirebon, Jawa Barat itu adalah penjual pernak-pernik perayaan Hari Kemerdakaan Republik Indonesia 17 Agustus mendatang.

Menurutnya, penghasilan berjualan bendera dan pernak-pernik merah-putih 17 Agustusan tahun ini cukup lumayan.

''Tahun lalu lebih banyak karena masih puasa orang masih kumpul. Sekarang orang belum balik mudik, ya sepi,'' katanya menunjukkan sederetan gigi dalam selengkung senyum ramah, Selasa (13/8). Dalam sehari, Sukesih mengaku memperoleh penghasilan Rp 50 ribu per hari dari menjual dagangannya.

Dia baru tiba di Depok dari Cirebon lepas satu hari Lebaran. Di kota penyangga ibu kota ini, Sukesih menumpang tinggal di rumah keponakannya di Kampung Lio, Beji, Depok.

Dia sengaja datang dari kampung untuk menjual pernak-pernik 17 Agustusan. Kebiasaan ini telah dilakoninya selama tiga tahun ke belakang. "Daripada di kampung tidak bekerja. Lebih baik ke sini,’’ ujarnya.

Di kampungnya, Sukesih bekerja menggarap sawah dan ladang milik orang lain. Pada musim kemarau sekarang ini, hujan jarang turun membasahi sawah dan ladang. Penghasilannya pun kompak dengan sawah dan ladang di musim kemarau, kering kerontang.

Sementara, suaminya yang sudah renta tidak lagi mampu bekerja. Ketujuh anaknya pun hanyalah kuli bangunan. Menumpang bus Perusahaan Otobus (PO) Luragung Jaya, akhirnya dia sampai di Depok. 

Ditanya tentang harapan, perempuan berjilbab ini tersenyum saja. "Gak tahu ya, habis saya orang kampung. Mau berharap apa,’’ ujarnya,  tanpa melepaskan senyum.

Namun, dia pun melanjutkan, harapannya jelang kemerdekaan Indonesia adalah agar tanah air tumpah darahnya ini senantiasa aman. "Ingin aman, jangan mahal semua. Bagaimana ya untuk orang kampung gak bekerja, tapi mahal semua,’’ imbuhnya.

Perempuan ini tampak berpikir ketika ditanya pesannya untuk pemerintah menjelang ulang tahun ke-68 kemerdekaan Indonesia. Akhirnya, dia lagi-lagi tersenyum sambil mengatakan, "Lihat di TV ada demo mau murah kasihan rakyat kecil, tapi tetap saja gak bisa. Orang kecil pasti kalah. Jadi, apa jare (kata) orang di atas saja. Ikutin saja supaya damai, aman,’’ katanya.

Esok, Sukesih masih menjual pernak-pernik 17 Agustusan. Hingga 16 Agustus 2013 mendatang, perempuan ini masih dapat ditemui di pinggir Jalan Kartini, berlindung di balik bendera merah-putih yang dia jajakan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement