REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Menteri Dalam Negeri Mesir Mohamed Ibrahim mengklaim sebanyak 43 anggota kepolisian Mesir tewas pada Rabu (14/8). Penguasa Mesir menyebut ke-43 polisi itu tewas dalam bentrokan-bentrokan dengan pendukung Presiden Muhamed Mursi.
Namun, kelompok Ikhwanul Muslimin menyebut polisi dan militer Mesir telah menyerang dan membantai pendukung Presiden Mursi yang menggelar demonstrasi damai menolak kudeta yang dilakukan militer.
Ibrahim berbicara pada satu konferensi pers yang disiarkan televisi setelah pasukan keamanan bergerak untuk membubarkan dua aksi duduk yang dilakukan oleh para pendukung Mursi.
Dia mengatakan dua kamp protes di Kairo kini telah telah benar-benar dibersihkan.
Kementerian Kesehatan Mesir mengatakan, 278 orang tewas dalam kerusuhan Rabu setelah polisi menindak loyalis Presiden Muhammad Mursi. Namun, pihak Ikhwanul Muslimin menyebutkan sebanyak 2.300 orang tewas dibantai militer dan polisi.
Jumlah korban tewas terbesar berada di kamp protes Rabaa al-Adawiya di Kairo, di mana seorang koresponden AFP menghitung 124 mayat.
Namun, Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammed Fathallah mengatakan, hanya 61 orang tewas di tempat protes itu.
Fathallah menyatakan, 21 orang tewas di kamp Lapangan Nahda di Kairo, 18 di Helwan sebelah selatan ibu kota Mesir tersebut dan sisanya di provinsi-provinsi lain.
Selain itu, 43 anggota kepolisian juga tewas, kata juru bicara tersebut.