REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakapolri, Komjen Pol Oegroseno memerintahkan seluruh anggota polisi tetap berani menjalankan tugas, meski dibayangi rentetan penembangan polisi sedang marak terjadi.
Wakapolri mengatakan, tidak pernah ada kalimat takut mati dalam kamus anggota kepolisian. Hal itu wajib disematkan sebagai prinsip dalam bertugas. Sehingga rangkaian pembunuhan polisi belakangan ini tetap dapat dihadapi dengan kekuatan bukan ketakutan.
“Tidak boleh menjadi takut. Saya pribadi tidak takut mati dalam bertugas. Itu sudah kewajiban. Justru dengan keberanian maka kasus dapat dipecahkan,” ujar Wakapolri di Mabes Polri, Senin (19/8).
Mantan kabaharkam ini berujar, polisi jangan merespon teror tersebut dengan rasa takut. Wacana polisi tidak menggunakan seragam saat bertugas di lapangan pun ditolaknya mentah-mentah. Selain terkesan tak jantan dan membuat para pelaku merasa menang, masyarakat juga akan dirugikan.
“Nanti masyarakat tidak tahu mana polisi dan mana yang bukan, tentu kami selalu siap dan harus berseragam saat bertugas. Untuk antisipasi, sebaiknya tetap berpartner saat bertugas, tidak sendirian,” kata jenderal bintang tiga ini.
Oegroseno mengatakan, di balik rasa belasungkawa yang tinggi terhadap anggota Polri yang tewas, nyali Korps Tri Brata tak boleh menciut. Seluruhnya, menurut Wakapolri, akan terbuka pada waktunya termasuk siapa dalang dari kejadian-kejadian brutal ini.
“Dari penembakan terakhir, ada petunjuk (motor pelaku tertinggal). Ini pertolongan yang Maha Kuasa, mudah-mudahan menjadi petunjuk dan bisa kami ungkap semuanya,” tuturnya.
Tiga nyawa polisi melayang dalam dua pekan terakhir setelah ditembak orang tak dikenal. Rangkaian peristiwa yang terjadi di wilayah Tangerang Selatan (Tangsel) ini sebenarnya menelan empat korban. Beruntung nyawa salah satu polisi berhasil selamat meski peluru menembus punggungnya. Seluruh polisi ditembak di atas sepeda motor yang mereka kendarai ketika hendak bertugas.