Selasa 20 Aug 2013 12:52 WIB

DPR Soroti Asumsi Pertumbuhan Ekonomi dan Lifting Minyak

Rep: Muhammad Iqbal/ Red: Nidia Zuraya
Pertumbuhan Ekonomi (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan
Pertumbuhan Ekonomi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah fraksi di DPR mengkritisi asumsi dasar ekonomi makro yang disampaikan oleh pemerintah dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2014.  Asumsi dasar yang dikritisi di antaranya target pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4 persen dan lifting minyak 870 ribu barel per hari. 

Dari sisi pertumbuhan ekonomi, juru bicara Fraksi Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) Nurdin Tampubolon menilai target pertumbuhan tersebut masih bisa ditingkatkan. Terlebih, di dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM), pertumbuhan diproyeksikan berada pada rentang 7,0 sampai 7,7 persen. 

"Asumsi pertumbuhan ekonomi harusnya naik menjadi 6,8 persen," ujar Nurdin dalam Rapat Sidang Paripurna di Ruang Sidang Paripurna, Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen Senayan, Selasa (20/8). Rapat dipimpin oleh Wakil Ketua DPR dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera M Sohibul Iman.

Juru bicara Fraksi Partai Golongan Karya (F-PG) Dewi Asmara membenarkan kondisi perekonomian global yang belum sepenuhnya membaik, turut menekan pertumbuhan ekonomi. Meskipun demikian, target 6,4 persen merupakan basis terendah dari pembicaraan awal dengan DPR yakni sebesar 6,4 sampai 6,9 persen. "Ini menunjukkan kurangnya komitmen pemerintah dalam bekerja keras," kata Dewi. 

Di sisi lain, Dewi menyebut kualitas pertumbuhan ekonomi yang dicapai selama ini semakin memburuk. Ini ditandai oleh perlambatan penurunan tingkat kemiskinan, pengangguran dan gini ratio yang melebar.  Hal itu menunjukkan kesenjangan meningkat. "Optimalisasi sumber-sumber pertumbuhan bisa dilakukan," ujar Dewi.  

Juru bicara dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (F-PDIP) Yassona Laoly mengatakan target pertumbuhan 6,4 persen jauh dari apa yang dijanjikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yaitu 7,0 persen.  Ketidaksesuaian dengan RPJMN, menurut Yassona, mulai terlihat sejak 2012 silam.

Sebagai catatan, target pertumbuhan 6,4 persen lebih tinggi dibandingkan target yang tertuang dalam APBN Perubahan 2013 6,3 persen.  Target ini juga lebih tinggi dibandingkan pencapaian dalam APBNP 2012 yakni 6,23 persen. Sementara pada semester I 2013, pertumbuhan tercatat 5,92 persen dengan rincian pertumbuhan di triwulan I 6,03 persen dan triwulan II 5,81 persen. 

Lifting minyak

Dari sisi lifting minyak, juru bicara Fraksi Partai Amanat Nasional (F-PAN) Sukiman menilai target 870 ribu barel per hari adalah target yang optimistik. Untuk mencapainya, pemerintah harus bekerja ekstra keras. Permasalahan yang masih ditemukan di sektor hulu migas seperti masalah keamanan dan koordinasi yang lemah antara pemerintah pusat dan daerah harus diatasi. 

Sementara, Fraksi Hanura berpandangan target lifting sebenarnya dapat ditingkatkan menjadi 900 ribu barel per hari apabila pemerintah lebih serius. Target bisa dicapai apabila peningkatan eksplorasi dan produksi minyak digenjot.  Pun dengan Fraksi Golkar yang mengatakan target lifting lebih rendah dibanding pembahasan awal yaitu 900 sampai 930 ribu barel per hari. 

"Kami akan meminta penjelasan terkait asumsi lifting minyak sebab ini bisa memengaruhi defisit neraca migas," kata juru bicara Fraksi Golkar Dewi Asmara. Sebagai gambaran, target lifting minyak 870 ribu per barel lebih tinggi dibandingkan target dalam APBNP 2013 yaitu sebesar 840 ribu barel per hari. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement