CANBERRA -- Keagungan langit di malam hari adalah fakta yang dirasakan oleh banyak orang. Tapi selama lebih dari dua tahun, salah satu perangkat utama astronomi publik di Australia Selatan (SA) tidak bisa digunakan untuk meneropong langit di malam hari.
Kubah yang mencakup observatorium di Stockport sekitar 70 kilometer sebelah utara Adelaide itu rusak setelah dihantam badai parah pada 2010 dan mengakibatkan kubah tersebut tidak bisa dibuka kembali.
Teleskop atau alat peneropong bintang yang berada didalam kubah itu sendiri masih dalam kondisi baik. Tapi karena kubah observatoriumnya rusak, maka objek terjauh yang bisa dilihat dengan teropong tersebut hanyalah atap ruang gedung tempat menyimpan teropong bintang itu sendiri.
Namun kondisi memprihatinkan ini akan segera berubah, setelah Masyarakat Astronomi Australia Selatan (SA) diberikan anggaran sebesar AUS$50.000 oleh pemerintah negara bagian untuk membayar setengah dari biaya kubah baru.
Observatorium ini digunakan sebagai alat pengajaran, bagi kelompok siswa yang ingin tahu maupun anggota masyarakat setempat, tetapi juga memiliki catatan penelitian yang mengesankan.
Masyarakat Astronomi Robert Jenkins mengatakan meskipun penemuan yang dihasilkan oleh teropong itu tidak akan pernah mencapai tepi kosmologi, namun kehadiran perangkat tersebut dapat menjelaskan beberapa fenomena luar angkasa atau astronomi yang menarik lebih dekat ke rumah.
"Astronomi adalah salah satu ilmu di mana orang-orang di masyarakat bisa benar-benar banyak terlibat. Peralatan yang tersedia hari ini, kamera, teleskop yang luar biasa, beberapa tahun yang lalu hanya ilmuwan terkenal yang bisa menggunakannya," katanya.
"Perbedaan antara teleskop ini dengan banyak teleskop amatir lain terletak pada tingkat akurasi yang luar biasa. Teleskop ini tidak hanya bisa menunjuk letak sebuah bintang secara akurat pertama kali tapi akan tetap terkunci pada bintang itu selama berjam-jam sehingga kita dapat mengamati bulan-bulan Pluto dan memfoto mereka untuk empat atau lima jam secara terus menerus." ungkapnya.
"Kita bisa melihat bahwa Pluto memiliki atmosfer dan tugas semacam itu hanya bisa kita lakukan dengan observatorium di Paris."
Desain baru
Teleskop reflektif didalamnya, yang dikenal sebagai Jubilee, memiliki diameter 50 cm dan menggunakan cermin untuk meningkatkan kualitas gambar. Menteri Sains, Grace Portolesi mengatakan instrumen ini memainkan peran lokal yang sangat penting baik dalam pendidikan maupun praktek ilmu pengetahuan.
"Kita ingin pelajar kita bisa bereksperimen dengan astronomi. Ini merupakan teleskop publik terbesar, jadi ini tentang akses pada tingkat yang sangat praktis untuk ilmu pengetahuan, "katanya.
Observatorium itu sendiri dinamai untuk menghormati Sir Charles Todd, anak seorang pedagang teh dan toko kelontong dari Greenwich, Inggris. Todd bekerja di observatorium lokal yang terkenal - rumah waktu yang berarti - dan di Universitas Cambridge sebelum beremigrasi ke Adelaide.
Jenkins mengatakan Sir Charles adalah sosok yang secara tidak pantas diabaikan mengingat prestasinya cukup terkenal di bidang astronomi, termasuk merintis karya sebagai seorang insinyur, pengamat dan meteorolog.
"Sir Charles adalah orang pertama yang menyadari pola cuaca di Australia bergerak dari Barat ke Timur. Padahal sebelumnya orang mengira arahnya sebaliknya," tuturnya.
"Dia adalah astronom. Itu saya pikir hobi utama dan itulah mengapa ia bekerja di Australia Selatan sebagai astronom pemerintah pertama.
"Dia juga seorang insinyur listrik, ia juga datang ke sini untuk mengatur sistem semaphore ke perahu dan dia benar-benar mengatur sistem listrik di mana ia menekan tombol di Observatorium West Terrace dan menjatuhkan sinyal ke kapal, sinyal 01:00 sehingga mereka dapat mengatur bujur dan lintang di kapal mereka."
Jenkins berharap penggantian kubah ini akan selesai pada awal tahun depan dengan desain yang secara substansial berbeda untuk mengakomodasi teleskop yang lebih besar direncanakan untuk masa depan.
"Kubah ini adalah kubah bundar, kubah klasik yang anda lihat di dunia tetapi kubah lebih modern bergerak menjauh dari bentuk ini karena dirancang untuk menjaga salju keluar," katanya.
"Kubah baru kami akan memiliki delapan sisi dengan atap hampir datar."
Para astronom berharap setelah gedung dibuka nanti, sekali lagi langit akan menjadi batas untuk apa yang mereka mungkin temukan.