REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Para pedagang oleh-oleh khas Yogyakarta terutama bakpia dan kue-kue, sudah ancang-ancang menaikkan harga menyusul melambungnya harga tepung terigu pascamelemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
"Kita lagi menghitung ulang, tapi jelas harga kita naikkan karena ongkos produksi naik," jelas Fianti, owner oleh-oleh khas Yogya Pia dan Ampyang kepada ROL, Rabu (28/8).
Menurutnya, kenaikan harga tepung terigu menyebabkan ongkos produksi juga naik sekitar 5-10 persen. Karenanya, pihaknya sedang ancang-ancang menaikkan harga produk sekitar 5-10 persen juga. "Tepung terigu menjadi bahan pokok, kalau harganya naik yang pengaruhnya signifikan," tuturnya.
Diakuinya, pasca-Lebaran kemarin, produksi Pia dan Ampyang agak menurun karena sepinya permintaan. Namun menjelang akhir tahun produksi oleh-oleh khas Yogya tersebut diyakini akan meningkat. Jika harga tepung terigu semakin naik, maka pihaknya akan menaikkan harga produk juga.
Menurut Fianti yang juga Ketua Ikatan Wanita Pengusaha Yogyakarta ini, kenaikan tepung terigu dipicu ulah spekulan. Menurutnya, harga tepung terigu dari pabrik sebenarnya tidak naik. Namun oleh distributor dan pengecer, harga tepung tersebut dinaikkan.
Hal senada diungkapkan Eko Widarto, owner 'Roti Mamaku'. Diakuinya, kenaikan harga tepung sebanyak sepuluh persen dari harga sebelumnya menyebabkan ongkos produksi naik. Meski kenaikan ongkos produksi tidak sebesar jika yang naik harga telor namun pihaknya juga tetap kelimpungan. "Kalau tidak dinaikkan ongkos produksinya sudah naik. Karenanya kita hitung ulang mau dinaikkan berapa," ujarnya.
Kasie pengawasan perdagangan Disperindagkoptan Kota Yogyakarta, Sri Harnani mengatakan, harga tepung terigu di pasaran saat ini mencapai Rp 8.000 per kilogram. Harga tersebut naik 10 hingga 12 persen dari harga sebelumnya yang hanya Rp 6.800 per kilogramnya.
"Kita tengah melakukan pendataan terkait stok di distributor. Apakah stok mencukupi atau tidak" terangnya.