Kamis 29 Aug 2013 07:57 WIB

Rusia-Iran Sepakat Tentang Intervensi Militer di Suriah

Jasad korban serangan senjata kimia di Ghouta, Suriah, Rabu (21/8).
Foto: AP/Shaam News Network
Jasad korban serangan senjata kimia di Ghouta, Suriah, Rabu (21/8).

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia dan Iran sepakat mengecam penggunaan senjata kimia dan intervensi militer dalam krisis di Suriah. Hal tersebut disampaikan Kremlin setelah Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Iran Hassan Rouhani berbicara melalui telepon.

"Kedua pihak menyatakan penggunaan senjata kimia oleh siapapun tak dapat ditoleransi," kata layanan pers Putin dalam satu pernyataan tentang percakapan kedua belah pihak pada Rabu.

Keduanya lebih mempertimbangkan untuk menekankan perlunya mencari jalan keluar menuju resolusi melalui jalur eksklusif politik dan diplomatik.

Sebelumnya berita internasional mengisyaratkan akan adanya intervensi militer AS terhadap Suriah, yang dituduh melancarkan serangan senjata kimia yang diduga menewaskan lebih dari 1.300 orang pada Rabu dekat Damaskus. Washington sendiri telah menampik pendapat itu.

Sementara itu Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon pada Rabu mengimbau Dewan Keamanan bersatu dan membawa perdamaian bagi Suriah, sementara Barat menyiapkan kemungkinan serangan ke Damaskus.

"Suriah menjadi tantangan terbesar perang dan perdamaian di dunia pada saat ini. Badan yang diberi mandat menjaga perdamaian dan keamanan internasional itu tidak bisa melenceng dari tugasnya," kata Ban merujuk pada Dewan Keamanan PBB.

"Dewan pada akhirnya harus bersatu demi perdamaian," kata Sekjen PBB dalam pidatonya di Den Haag saat menghadiri perayaan seabad Istana Perdamaian, tempat beradanya Mahkamah Internasional.

Komentar Ban tersebut muncul saat Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya tengah mengumpulkan bukti untuk melancarkan aksi militer menentang rejim Presiden Bashar al-Assad menyusul tudingan serangan senjata kimia, meski Rusia sudah memberikan peringatan keras.

Sekjen PBB meminta agar tim inspeksi senjata PBB diberi lebih banyak waktu untuk menyelidiki klaim serangan senjata kimia minggu lalu dan mendesak penyelesaian secara diplomatik.

"Kita harus mencari segala cara untuk mengajak semua pihak ke meja perundingan," katanya.

sumber : Antara/Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement