Jumat 30 Aug 2013 16:26 WIB

Inggris Tolak Serangan Suriah

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Citra Listya Rini
PM Inggris David Cameron
Foto: AP Photo
PM Inggris David Cameron

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Rencana Inggris bergabung dengan Amerika Serikat (AS) untuk menyerang Suriah kandas. Sekira 285 dari 557 suara di Parlemen Inggris menentang rencana militer tersebut. 

Penolakan kali ini adalah tamparan paling keras terhadap Perdana Menteri (PM) Inggris David Cameron. Cameron kehilangan dukungan suara parlemen terkait Perang Suriah. Washington dan negera sekutu lainnya pun dibikin kecewa. 

''Kami (pemerintah) menghormati keputusan ini. Meski sulit menerima jawaban dan pandangan anggota parlemen,'' kata Cameron, Kamis (29/8).

Penguasa dari partai konservatif ini menambahkan, seharusnya ada kemestian yang selaras antara politikus di London tentang persoalan di Suriah. Menurut Cameron, penggunaan senjata kimia adalah fakta. Masyarakat London punya ketakutan yang sama.

Cameron menumpahkan kekecewaannya terhadap parlemen dengan mengatakan keputusan House of Commons adalah anti-tesis kemauan masyarakat. ''Parlemen Inggris harus mencerminkan pandangan orang-orang Inggris. Tapi parlemen menolak respon bersama (militer),'' ujar dia.

Tidak hadirnya militer Inggris dalam Perang Suriah bukan hal biasa. Sejak Gedung Putih memberi sinyal merah ke Presiden Suriah Bashar al-Assad pekan lalu, Cameron pun gencar menguarkan propaganda perangnya. 

Cameron juga ikut mengirimkan kapal perang Inggris ke Laut Mediterania di dekat Suriah. Bahkan, ia mendesak Perserikatan Bangsa Bangsa (DK-PBB) segera mengeluarkan izin serangan. 

Inggris memang bukan anggota DK-PBB. Tapi, desakan Inggris menunjukkan keberpihakan jelas. Inggris bagian dari Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang dikomandani AS.

Menteri Pertahanan Inggris Philips Hammond mengatakan penolakan parlemen bukan berarti menanggalkan partisipasi pasukannya. Kata dia, British Royal Military tetap berkonsultasi dengan Pentagon mengenai serangan ke Suriah. 

Sementara di Washington, Presiden AS Barrack Obama mengaku kecewa keputusan Inggris. Menteri Pertahanan AS Chuck Hagel mengatakan, keputusan Inggris, tidak mempengaruhi tanggung jawab internasional atas tragedi di Suriah.

Hagel yakin negaranya masih punya koalisi internasional lainnya untuk berperang bersama di Suriah. ''Kami (AS) akan terus mencari sekutu untuk satu tindakan bersama atas krisis panjang di Suriah,'' ujarnya seperti dikutip Reuters, Kamis (29/8).

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement